Mohon tunggu...
Romi Lie
Romi Lie Mohon Tunggu...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bolehkah Orang Kristen Tionghoa Merayakan Imlek?

4 Februari 2019   17:09 Diperbarui: 2 Juli 2021   08:53 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bolehkah Orang Kristen Tionghoa Merayakan Imlek? | www.holidaycardsapp.com

2. Kristus dalam budaya. Kekristenan tidaklah berbeda dengan budaya, kecuali dalam hal kualitasnya; karenanya hal-hal terbaik dari budaya harus dipilih untuk disesuaikan dengan Kristus.

3. Kristus di atas budaya. Penerimaan anugerah menyempurnakan dan melengkapi budaya, sekalipun demikian tidaklah berlangsung mulus.

4. Kristus berlawanan dengan budaya. Keduanya memegang kuasa untuk ditaati karenanya orang percaya hidup dalam ketegangan ini.

5. Kristus mengubah budaya. Budaya merefleksikan kejatuhan manusia, dalam Kristus manusia dan budaya bias diperbarui untuk memuliakan Allah dan menampilkan kehendak-Nya.

Bagaimana kita dapat mengetahui dan mengerti bahwa suatu tindakan (dalam konteks budaya Tionghoa: Perayaan Imlek) itu berkaitan secara spiritual atau hanya kultural, hal ini dapat dilihat dari objeknya. Jika suatu objek itu harus disembah dan bernuasa mistis, magis, maka jelas itu berkaitan dengan hal-hal yang bersifat ritus atau spiritual! 

Baca juga: Kue Keranjang dan Barongsai Identik dengan Perayaan Imlek

KITA HARUS MENGHINDARINYA!! Dan Jika hanya berkaitan dengan kultural, maka kita tidak seharusnya alergi atau meniadakannya. Hormatilah Ayahmu dan Ibumu-ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini (Ef. 6:2), ditegaskan sekali lagi oleh Yesus "hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat. 19:19).

Kiranya dengan ini kita lebih siap menghadapi dan menghidupi Injil di tengah-tengah keragaman budaya yang ada di sekitar kita. Bukan dengan menentang atau menantang budaya, melainkan melalui budaya, kita menjunjung Kristus membaharuinya.

Sumber-sumber:

  1. (http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/02/7-tradisi-unik-perayaan-tahun-baru-imlek).
  2. H.R. Niebuhr (Christ and Culture), 1956 sebagaimana disalin dari Hesselgrave 1978:79, 80)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun