Mohon tunggu...
romensy augustino
romensy augustino Mohon Tunggu... Jurnalis - bermanfaat

Mahasiswa Etnomusikologi, suka banget sama Anime Slam Dunk. Sering sarapan Bubur Ayam dan suka sekali makan mie ayam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bicara Cinta

12 Maret 2021   22:01 Diperbarui: 12 Maret 2021   22:03 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku lama mengenalmu, sejak kecil kita bareng. Mendengar ceritamu kurasa kau kebablasan Ndra". Asap rokok melesat kencang ke atas dan mata Omen mulai melirik ke langit-langit ruangan. Satu hembusan nafas dan "Jangan meniru apa yang dilakukan orang kebanyakan. Kau tidak seperti mereka. Kau punya cara yang membuatmu special".

Satu lagi tegukan Kopi, Reandra hanya mengucap, "Tapi. . . .".

"Sudahlah. Jika kau meniru apa yang kebanyakan orang lakukan, kau tak kan pernah mendapatkan apa yang kau sebut dengan cinta", asap rokok kembali melesat ke atas dengan cepat. "Kau yang bilang padaku, cinta adalah perasaan paling indah setelah beriman", mata Omen menatap tajam pada wajah Reandra yang masih tertunduk.

"Ya, aku mengingatnya", begitu saja Jawab Reandra.

Hujan mulai reda, tinggal sedikit lagi dan air akan berhenti menetes dari genteng. Mendung sudah mulai minggir, berganti dengan sinar bulan sabit yang sudah hampir sempurna. "Kau mengajariku untuk menundukkan pandangan dan meletakkan tas punggung di belakang ketika seorang gadis yang bukan pasanganmu membonceng. Katamu itu adalah cara bagaimana kau memuliakannya kan".

"Iya-iya-iya", kerutan mulai nampak di dahi Reandra.

"Kau tahu Ndra tidak akan ada yang namnya cinta tanpa sebuah akad. Yang ada hanyalah sebuah hawa nafsu untuk memiliki. Dan jika kau menurutinya berarti kau sengaja untuk patah hati", sebuah asbak menerima sebatang rokok Omen yang telah habis ia hisap.

"Aku kasih tahu ya Ndra, tulus itu susah. Dalam ketulusan menuntut selalu menuntut keikhlasan. Sudahkah kau ikhlas, tak menuntut sedikitpun balasan darinya atas semua yang telah kau lakukan, hah?", tanya Omen.

"Jika tidak, kau bukanlah Reandra yang ku kenal dulu. Yang tidak memperdulikan apapun asalkan kau bisa memberikan sedikit senyuman pada orang-orang di sekitarmu", cetik, api keluar, membakar sebatang rokok di depan mulut Omen yang malam itu tak berhenti bicara. Membiarkan Reandra menjadi pendengar yang baik untuk beberapa menit.

"Kau harus tau men aku tidak terikat dengan fisik dan prestasi yang ia miliki. Aku terikat dengan kesedihannya dan aku ingin mengobati lukanya itu", begitu Reandra membela dirinya.

"Niatmu tidak salah, dan sekarang adalah saatnya kamu berpaling. Karena bukan dengan cara yang dilakukan oleh kebanyakan orang niat baikmu akan terlaksana. Jika kau memaksa yang ada hanyalah sebuah kekecewan dan penyesalan", Omen kembali menyudutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun