Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Walaupun Korup, Semoga Husnul Khotimah

13 Desember 2023   17:03 Diperbarui: 13 Desember 2023   17:04 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dibuat menggunakan Bing Image Creator

"Votre pays est tout fait unique.  Les corrupteurs peuvent redevenir maire.  merveilleux"(Negeri tuan sangatlah unik. Koruptor bisa menjadi Walikota kembali. Ajaib), ucap jurnalis AFP seraya tersenyum.

Mbah Kakung sampai menyumpah, "Ojo wani-wani Bambang ngidhak omahku meneh. Aku ora lilo".(jangan berani-berani Bambang menginjak rumahku lagi. Aku tidak rela)

Perbincangan tentang Walikota juga menyasar semua garis masyarakat.
"Apa dosa warga kota hingga punya pemimpin korup?", tanya tukang galon
"Nggak ada hubungannya. Ini pembelajaran buat kita"
"Siapa disini yang dulu milih dia?"
"Sudahlah, jangan semua kesalahan dibebankan pada pemilihnya. Siapa juga yang akan mengira kalau dia akan jadi bandit"
"Besok lagi kalau pilkada, pilih yang kredibilitas dan integritasnya mumpuni"
"Masyarakat bawah tidak semua tahu apa itu kredibilitas serta integritas. Mereka lebih tertarik amplop dan isi tasnya(sembako). Pembelajaran politik butuh pemahaman bertahun-tahun", kata pakar politik, "Makanya jangan lelah mengedukasi masyarakat. Kalau masyarakat paham, negeri ini akan baik pun kota tempat tinggal kita"


"Kalau dipikir, Walikota kita itu cerdik. Bayangkan, dia melakukan terobosan yang sebenarnya tidak istimewa-istimewa banget. Biasa saja", ujar tukang bubut dibengkel Krepo. "Apa hebatnya mengaspal jalan, memperbaiki saluran sanitasi, merenovasi jembatan, bikin taman kota, mengeruk sedimen sungai, gratis biaya rumah sakit, perbaikan transportasi publik dan seterusnya. Semua itu sebenarnya bisa dilakukan pendahulunya, cuma mereka nggak mau bergerak. Nah, si Bambang mengambil celah. Dikerjakanlah semuanya. Jadi janganlah heran, apa yang dia lakukan membekas dalam benak masyarakat. Itu yang membuat Bambang terpilih kembali"
"Kita hidup di negeri para koruptor", seru tukang sablon.


Berbulan-bulan sidang memanas. Dan akhirnya palu hakim berderak. Keputusan inkracht melahirkan hukuman buat pak Walikota 7 tahun penjara dengan potong masa tahanan. Kepiawaian pengacara terdakwa mampu menjungkirbalikkan akal sehat.
"Gendeng! Korupsi 101 Milyar hanya 7 tahun"
"Enak jadi koruptor. Hanya pindah tidur"
"Semakin besar korupsinya kian kecil hukumannya"
"Dia juga tidak akan menjalani 7 tahun", kata Pakar Kejahatan, "Cukup 2,5 tahun saja bau sel merajam hidungnya"
"Bagaimana bisa, pak?", tanya Penyembah Berhala
"Beberapa "kebaikan" akan menggerus jatahnya", jawab Pakar Kejahatan.
"Apa yang dimaksud "Beberapa Kebaikan"?", cerca si Penyembah Berhala.
"Kalau saya jelaskan malah membuatmu bingung. Tidak usah saja. Otakmu nggak akan nyampe selama masih menyembah berhala", jawab Pakar Kejahatan, "Lebih baik ganti sesembahan"
"Pret!", jawab si Penyembah Berhala

Kembali bapak masuk penjara. Aku tidak mau membezuk. Dua tahun berjalan tak ada terbersitpun untuk melihat sosoknya. Sampai mantan asisten bapak, om Fahmi menyambangiku.
"Bapakmu ingin kau menjenguk"
Aku hanya gelengkan kepala. Apa untungnya diriku disana.
"Beliau kangen, ingin memeluk kamu, Hen"
"Tapi aku tidak kangen", batinku, "Itu hanya sebuah omong kosong" .
"Kamu tahu, kenapa bapakmu melakukan tindakan melawan hukum?"
"Mana aku tahu, om"
"Dia melakukan itu semua demi keadilan dan pemerataan"
Aku terbahak-bahak, sampai perutku hampir saja kram. "Habiskan tawamu. Setelah itu dengarkan ceritaku"
Tawaku usai dan om Fahmi bercerita.
"Semua hasil korupsi yang bapakmu lakukan tidak ada satu rupiah pun masuk kantong pribadinya"
"Aku tidak percaya", desisku
"Coba perhatikan, adakah barang-barang yang berkelas yang dimiliki bapakmu? Mobil? Rumah? Perhiasan?"
"Kan bisa disembunyikan", Jawabku.
"Kamu tahu tempat persembunyiannya?"
"Ya nggak lah. Aneh, om ini"
Om Fahmi hanya tersenyum. Dia bercerita kalau hasil korupsinya telah dibagi-bagikan semuanya ke warga kota.
"Tak ada yang tersisa", kata om Fahmi, "Semua sudut kota di sambangi secara diam-diam. Guyuran-guyuran materi menutupi bentangan kantong-kantong kemiskinan serta kenestapaan. Bapakmu itu terobsesi Brandal Lokajaya"
"Siapa dia?", tanyaku
"Kalau kamu gemar cerita sejarah akan tahu". Om Fahmi menatapku, "Jenguklah bapakmu, Hen"
"Aku pikirkan dulu, om"
"Jangan terlalu lama berpikir. Lebih cepat sangatlah baik"
"Hidupku lebih penting daripada hidup bapakku"

Brandal lokajaya adalah perampok pencuri yang kekuasaannya meliputi daerah Kudus dan Pati dengan tempat persembunyian di hutan Jatiwangi. Kondang akan kesaktiannya: Bisa menghilang, berlari cepat, melompat tinggi, mengubah wajah, kebal senjata tajam. Brandal lokajaya nama yang digunakan Raden mas Said sebelum dia bergelar Sunan Kalijaga. Sepak terjangnya membuat kaum saudagar terkencing-kencing. Mendengar namanya disebut, urat jantung bisa berdegup kencang. Sosoknya membuat gentar siapapun. Hasil rampokannya digunakan untuk menyuplai kaum melarat dan kaum bonggol jagung.

***

Kabar duka menyentak. Mantan Walikota juga koruptor kelas berat meninggal dunia. Sebuah liang lahat telah dibuat di taman makam pahlawan, khusus buat jasadnya.
"Koruptor adalah pahlawan? Otakku terlalu ringan. Sulit memahami masalah ini"
"Maling yang terhormat? Naudzubillah min dzhalik"

Lengking kehebohan menampar akal sehat.
"Seorang Muhammad Hatta, bahkan Sarwo Edi Wibowo saja menolak di makamkan di Taman Makam Pahlawan. Lha ini, Bambang Sadewo koruptor kelas berat"

Tembakan salvo mengiringi jenazah Bambang Sadewo. Penghormatan yang diterima disebabkan dia merupakan purnawirawan TNI serta mantan tentara pelajar.
Menurut cerita om Fahmi, bapak dulu masuk detasemen 2 dibawah komandan mayor Achmadi Hadisoemarto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun