Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjenguk Amir di Timur Kota

5 Desember 2023   22:46 Diperbarui: 5 Desember 2023   22:47 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dilihat dari ujung timur(Dokumen pribadi)

Malam kian dingin membuat mereka sedikit menggigil. 

"Tidak adakah minuman hangat buat kami?"

"Buatkan keinginan mereka", perintah seorang kapten. Dia menunjuk anak buahnya. 

Kawan seperjuangan (Dokumen pribadi)
Kawan seperjuangan (Dokumen pribadi)

Sebelas orang pesakitan itu ditempatkan pada suatu rumah dengan kepungan rapat, sebelum nantinya diangkut dengan truk menuju suatu arah. Meringkus mereka membutuhkan waktu hingga lika-liku penyergapan. Sutan menyeruput minuman panas dari cangkir blirik. Ditiupnya pinggiran cangkir. Ada perasaan lega ketika cairan itu disesap lidah sebelum menyisir tenggorokan. Pikirannya menerawang menyibak kabut hidup. 

"Bagaimana Djaenah dan anak-anakku?". Tatapan anak sulung dari tujuh bersaudara beradu nanar dengan dinding retak bangunan. Pikirannya menaik menggulat impresi. Jemari tangan menyugar rambut ikalnya sampai di tuntun pada tengkuk, kemudian dia pijit-pijit. Suara binatang malam menggerik menambah suasana tertekan kelam. Dia menunggu kejadian selanjutnya. Pikirannya berkecamuk di penuhi fragmen-fragmen kilas balik. Al Kitab penuh coretan pemberian kawannya ketika menempuh studi di Leiden dipegang erat, seerat keyakinannya pada langkah perjuangan. Mencoba membuka lembaran-lembaran untuk menatap firman Tuhan. 

"Jangan kau paksa matamu menyisir kalimat-kalimat itu". Seorang diantara mereka mengingatkan dirinya. " Tidak baik buat penglihatanmu, Mir. Tak ada sinar terang"

Diluar, keheningan membeku. 

"Kita tidak tahu nasib kita selanjutnya, bung. Sebagai seorang Kristen, aku hanya mencoba menjalankan ajaran agama sesuai kitab yang saya pelajari". Amir mencoba menjelaskan. 

"Aneh. Bagaimana mungkin seorang Kristen menjadi komunis?"

"Bagaimana pula seorang muslim yang sudah menjalankan ibadah haji menjadi pengurus partai komunis?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun