Pembangunan Bhumisambharabudhara (Borobudur) sampai sekarang belum selesai, itu sungguh menyita tenaga rakyat juga kas kerajaan. Yang pedagang terpaksa meninggalkan dagangannya, petani meninggalkan sawah garapan. Betapa kasihan rakyat Medang".
Kakak beradik itu saling berbantah tanpa putus. Para sesepuh tidak berani menimpali. Ini krusial. Keliru memberikan anjuran bisa dituduh ikut kubu satu diantara mereka. Diam adalah kunci aman.
Cara Prabu Samarattungga agar keturunannya tetap memegang tampuk kekuasaan sungguh diluar dugaan. Ini membuat Balaputradewa makin dongkol. Dia menyebar agitasi agar pesta perkawinan gagal. Kelompok kecil bentukannya menebar hasutan.Â
Gelontoran kabar bohong tak berhenti meruyak mirip gelombang panas di musim pancaroba. Sanggup menciptakan pertentangan ditengah rakyat Medang. Walau gagal mengapungkan huru hara namun hal ini akan menjadi penyebab Balaputradewa terus menebar teror dikemudian hari.Â
Adalah Rakai Pikatan calon menantu raja. Pria tampan bertubuh tinggi besar bertutur kata halus berkulit sawo matang. Rambutnya ikal sebahu diikat model payung bercandik. Hidungnya bangir sawunggaling. Sorot matanya tajam laksana elang.
Jalinan asmaranya dengan Pramodhawardani membuahkan hasil. Lamarannya diterima raja Samarattungga tanpa aral melintang. Inilah titik pertama rencananya. Tidak perlu tergesa-gesa untuk memegang kendali penuh roda pemerintahan kerajaan Medang sebutan lain buat Mataram Kuno.
Pesta digelar tujuh hari tujuh malam. Hidangan tak henti-hentinya mengalir. Para tamu yang sebagian besar kalangan bangsawan duduk bersila mengitari nasi setinggi pundak dengan macam-macam daging tebal menumpuk. Nasi pun diolah dengan ragam cara: di liwet-ditanak memakai pangliwetan, di matiman-dengan cara di tim dan di dinyun-dimasak menggunakan kuali.Â
Lembaran-lembaran daun pisang terhampar panjang sebagai alas segala kudapan. Macam ayam panggang, alap-alap goreng, celeng gurih, penyu berkuah santan, trenggiling asap, itik kering, kambing(wdus) tanpa ekor berbumbu pedas, kera(wrai) goreng, kalong(kaluang)kering, lebah, ikan, kodok, tikus, anjing, sayuran mentah(dudutan, rumwahrumwah), aneka buah, tambul, dwadwal(dodol) serta ratusan tempayan tuak.Â
Bau rempah-rempah yang keluar dari beberapa hidangan membikin otak mengirim sinyal ke mulut tetamu, berdecak. Keinginan segera menyantap hidangan menghasilkan mulut basah oleh liur kelaparan.Â
Kehebatan juru masak kerajaan Medang telah kondang sehingga beberapa pengembara dari negeri seberang lautan sering membawa bumbu asli negeri mereka agar dicoba padukan dalam mengolah beberapa masakan. Jintan yang berasal dari Timur Tengah ternyata sudah masuk ke wilayah Mataram Kuno, pun ketumbar hingga kuma-kuma(saffron) dari Mediterania.