Sebuah tanah lapang bergawang bambu berdampingan dengan telaga. Membentuk paduan akal individu, berpatok-patok kebun pertanian tampakkan keberadaan. Hasil tanamannya beragam, cabe, daun bawang, kubis dan lain sebagainya. Daya ciummu akan disuguhi bau khas kotoran hewan berkaki empat. Itulah pupuk alami hasil fermentasi lambung sapi.
Telaga Madirda setiap tahun rutin dipakai sebagai tempat upacara Melasti. Upacara umat Hindu untuk pembersihan diri jelang hari raya Nyepi.
Menurut pendapat saya, andai didesain ulang dengan penambahan beberapa item yang disesuaikan alam sekitar, saya rasa tempat ini akan booming kembali. Faktor alaminya sudah cukup menjual. Dengan catatan, tidak menafikan kalau ada umat Hindu yang selalu melakukan upacara keagamaan ditiap tahunnya.
Batu-batu tergeletak, diantaranya nampak tersusun. Melihat ujudnya, perkiraan saya situs ini sebuah candi. Beranjak dari satu sudut ke sudut lain tampak jelas kalau bentuk bershaf berjenjang keatas.
Karena letaknya diatas bukit kecil pandangan kita akan disuguhi lanskap sekitaran. Bila padusunan ini belum terbentuk, saya bayangkan para wiku atau brahmana pasti akan bersemedi mengarah ke penjuru mata angin, terhiasi hamparan tebal tipisnya rerimbun hutan.
Saya menemui relief dengan ukiran bentuk rumah jaman dulu, orang naik kuda, beberapa orang bersenjata berbaris (mirip prajurit), huruf kuno, manusia berkepala gajah. Tapak tangan saya tempelkan sejenak dipahatannya. Mencoba merasakan sentuhan jemari si pemahat yang mungkin masih tertinggal.
Jauh dari hingar bingar perpolitikan, perang antar kerajaan,Degup jantung mereka terdengar di keheningan tersamar dingin, kubah langit membiru dengan goresan awan gemawan, deru angin gunung, tingkah satwa hutan menjadi harmoni keseimbangan alam.
Melihat kondisinya, saya mengapungkan kata 'Apakah' untuk mengajukan pertanyaan.