Tangan jiwa disorientasi menangkup paras Lily. Dibelai dengan kasih selembut salju Antartika. Pengharapannya terpenuhi sesak. Ia menangis. Sebuah langkah baik menuju kecerahan hidupnya. "Putri"nya telah hadir kembali. Â "Bolehkan?". Sopir truk sampah kabupaten memohon penuh harap. Â "Saya sudah punya rencana buat kalian keluarga baruku. Lily harus sekolah lagi. Emak jadi pengepul saja. Tinggalkan kehidupan di gunungan sampah.
Saya hanya menyodorkan keikhlasan sebagai jaminan. Setuju-kan, Mak?!". Kalimat sedikit halus berbobot memaksa. Perempuan penuh uban itu belum menjawab. Tapi dari gesture kelihatan kalau ia pasrah setuju. Semuanya demi masa depan serta harapan anak semata wayangnya.
"Menurut dokter yang merawat akan lebih baik kalau "putri"nya selalu nampak dalam kehidupannya. Itu akan mempercepat harapan"
Dua makhluk Tuhan mendekat kearah perbincangan. Emak menatap tanpa mengerti gerak mereka. Arus pasang kecil itu berkumpul membuat lingkaran. Mencoba melakukan "transaksi" dibawah atap kayu. Hawa basah musim hujan tersapu samar pertunjukan awan berarak. Matahari lumayan terik menjilat bumi Tuhan.
Untuk sementara kesepakatan kecil terbentuk. Sebuah keluarga baru sepertinya akan muncul di tahun ini. Setelah sekian lama hilang diterjang rakusnya pasang surut kehidupan. Pemunculannya memang sudah digariskan Sang Pemilik Kekuatan Maha Dahsyat. Dan harapan setiap orang telah tergenggam dengan mantap untuk merangkum  pecahan asa yang berkeliaran di pelupuk.[]SELESAI
Solo. Medio 2012