Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lily, Gadis Gunung Sampah

12 Agustus 2018   19:33 Diperbarui: 12 Agustus 2018   20:04 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hanya nafas menderu, lirihnya tertangkap telinga emak, "Bisakah aku sekolah lagi?" kalau sudah begitu sudah pasti air mata emak merobek kelopak, jatuh mengalir.

Seperti pagi-pagi yang lalu, namun ini dengan rintik hujan. Lily masih sigap dan cekatan. Stigma gadis pemungut sampah kian lama disandang. Hampir 2 tahun. Dan wajah tirusnya makin tipis. Tulang pipi menonjol, tubuh tidak sepadat dulu. Rambut menggumpal bertopi rombeng dilesakkan sekenanya. Raut wajah disorder seperti menanggung kutukan hidup. Senyum hambar jauh dari kesan ramah. Setombak disebelahnya, emak semakin tua. Keriput mengental, timbunan uban laksana ladang kapas membanjiri kepala. Aroma "sedap" kawasan tersebut sukses meracuni hidup juang mereka. Lenguhan tembang kenestapaan melingkari sang gadis.

"Syukuri apa yang diberikan Tuhan kepada kita, anakku"

"Aku sudah terlalu bersyukur, mak! Bahkan syukurku telah lama rombeng seperti topiku!" dicomot topi dikepala dan dibanting keras. Fragment kekalutan ketidaksabaran mengapung. Lily menangis berkalung frustasi. Seniknya membuih terdengar. Jaman tidak berpihak padanya. Semua komponen nasib terpanggang rusak didapur magma.

"Tuhan telah mencampakkan kita, mak. Ia semakin asing bagiku"

"Anakku! Jangan kau ucapkan itu!" bibir renta itu bergetar. Ia kaget tak percaya kalimat serapah keluar gampang dari buah hatinya.

"Kemiskinan adalah penyakit sampar. Dan kita kena!"

"Darimana kau dapatkan kata-kata itu!"

"Pak Paijo !". Lily beranjak tergesa meninggalkan emak.

"Paijo!? Paijo sopir truk sampah?" teriak emak. "Sudah emak bilang, jangan dekat bandot tua itu. Bukankah dulu kamu mau diperkosa olehnya!". Suara emak samar membayang karena langkah Lily menjauh penat.

"Ayo berangkat! Jangan sampai kita kalah dini dengan yang lain". Emak bersiap.      "Badanku tidak enak, mak. Aku digubuk saja"  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun