"Kamu sakit?". Punggung telapak tangan perempuan itu menempel dijidat Lily.
"Istirahat saja dulu. Emak tinggal ya?"
Lily mengangguk lemah. Wanita renta padang kekumuhan beranjak lenyap. Dalam hening gadis pemungut sampah menembang:
Seperti inikah hidupku / mendayung sampan digeretak sampah / seperti inikah nasibku / menunggu malaikat berkubang racun / jiwaku terkoyak kesengsaraan mengigau dapat kesempurnaan / Tuhan tak mau tahu / aku teracuni bersama emakku/ aku, kemiskinan dan keinginan adalah kombinasi buruk di bumi Tuhan
Bibir Lili berdengung bak lalat dilautan. Belum berhenti, ini merupakan pengaduan pada sang angin. Diharapkan membawa keluhannya pada Tuhan langit. Ia berharap, fajar baik menyambut impiannya. Dan sampai saat ini hal itu belum mewujud.
"Sudah siap?". Paijo berdiri sedikit membungkuk dipintu gubuk. Matanya menatap Lily tanpa berkedip. "Sudah, pak". Lily beranjak dan menggandeng lelaki baya itu. Berdua meninggalkan gubuk reot dengan hujaman rintik hujan pagi.
Emak bergerak kesetanan. Tanda bahwa kepanikan merajam pikiran. Rautnya membayang pasi. Sudah 7 hari Lily tidak pulang. Selama kurun waktu tersebut ia menyatroni kuli-kuli pengangkut sampah menanyakan keberadaan Paijo yang ternyata juga menghilang tidak meninggalkan jejak. Menurut penuturan seorang kuli sampah, pak Paijo cuti beberapa hari dan kemudi digantikan oleh seseorang.
"Bandot tua manusia kunyuk! Akan aku cacah kalau ketemu!" . Kelakuan emak mirip serdadu jebolan perang Vietnam. Raung amarahnya mengalahkan gelombang samudera Hindia Belanda. Mondar-mandir tanpa arah pasti. Kekesalannya berujud caci-maki. Meledak diudara! Â Nafasnya konstan menderu pertanda ubun-ubun disesaki amarah merah.
Namun akhirnya kelelahan menyurutkan tsunami itu. Emak duduk berpunggung onggokan barang-barang rosok. Menerawang jumpalitan nanar. Air mata berleleran menerjang debu diparas keriput. Kesedihan mendapat tempat. Akhirnya emak tertidur. Angin busuk meninabobokan makhluk renta berkalung nestapa. Membelai penuh tanpa pamrih.
"Emak bangun". Tangan halus berbalut wangi tubuh menempel lembut kulit keriput. Emak terjaga,"Lily! Darimana saja kau?". Dihadapan emak berdiri Lily dengan tampilan anggun. Perempuan itu tercekik. Â "Apakah kamu menjual dirimu hanya ingin memakai barang-barang bagus!?".
"Mak, jangan salah sangka dulu". Tangan emak menepis jangkauan Lily. Kemarahan sudah dimasak enak diubun-ubun. Setan berjingkrak sempoyongan senang.