Di sinilah, dulu 1883, peneliti bernama P.E.C schemulling melakukan eksplorasi. Namun setelah itu dilupakan dalam rentang waktu yang panjang.
Awalnya penyebutan itu diberikan karena rasa ketidaktahuan atas fosil yang mereka temukan dengan ukuran besar dan bentuk yang janggal (kala itu). Berjalannya waktu dan keseringan menemukan ragam fosil (karena begitu mudahnya.Â
Kadang muncul sendiri akibat gerusan air hujan) akhirnya menjadi hal biasa. Ini ternyata didengar oleh ahli antropologi berkebangsaan Jerman bernama Gustav Heinrich Ralph Von Koeningswald dan memulai penelitian dilanjut penggalian di wilayah tersebut pada 1934 dengan di bantu seorang carik desa bernama Toto Marsono (kelak menjadi Kepala desa Krikilan).
Seaedar gambaran, kalau naik bus atau omprengan L300 harus ke terminal Tirtonadi dan ambil jurusan  utara( Gemolong atau Purwodadi) nanti bilang sama kernetnya,"Mas, mandap Sangiran"(mas, turun Sangiran).Â
Sebuah gerbang bertulisan SANGIRAN dipinggir jalan Solo-Purwodadi akan nampak menyambutmu. Dari sini masih ada 4 km yang wajib diarungi dengan menyusuri jalan turun naik.Â
Lanjutkan naik ojek pangkalan sampai dititik lokasi. Bagaimana? Pingin sambung menyambung akhirnya sampai atau langsung naik armada online dari penginapan kalian? Pastinya lebih enak naik armada online kan? Atau kalian ingin sewa motor? Kalau itu pilihan terakhirmu kamu malah bisa jelajahi beberapa destinasi lain yang juga didirikan sebagai pendukung Museum Sangiran.Â
Jaraknya paling jauh 11 kilometer; Museum Dayu, klaster Ngebung, Klaster Bukuran, Menara Pandang Sangiran. Nanti kalian akan menemukan petunjuk berupa plang bercat coklat .
Bangunan yang sekarang didirikan diatas lapisan tanah berusia 1,8 juta tahun dan sudah tidak mengandung fosil.