Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rotan Berkerut Kalut

21 Juni 2018   09:22 Diperbarui: 21 Juni 2018   09:39 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pixabay.com)

Tidak mau kalah, bualanmu kian menjadi. Mengaku kerap menulis, tulisanmu pernah dimuat 4 kali berturut-turut tanpa jeda di sebuah media cetak nasional-padahal para penulis dinegeri ini mengakui betapa tidak gampang melewati palang pintu dewan redaksi koran tersebut, tapi kau berkoar selangit itu bukan perkara sulit buatmu-.Dikira komunal muda itu anak bau susu. Tatkala kau disergap kembali dengan tanggapan kritis, lagi-lagi jurus kelitmu mengapung. 

Dari premis awal omonganmu satu dari mereka berkeyakinan bahwa kau memang pembual berat. Karena kau tamu yang memberi masukan cukup bagus-sudah 6 hari ragamu tertambat di kamar 23 A-mereka ladeni saja polahmu.

Kembali pada sloki. Perputarannya mengherankan, pak tua itu selalu lolos dari cairan alkohol. Ada yang tidak beres, ia mampu mengecoh tiap putaran sloki. Sudah pasti empat anak muda dihadapannya dibombardir berslok-sloki oplosan alkohol. Efeknya, omongan mulai nirorientasi.

"Uang saya masih banyak, yang masih kuat silahkan beli"

Dompet ia keluarkan. Lembaran-lembaran proklamator menyembul rapi jali. Komunal muda diam. Entah apa yang sedang mereka kecamukkan.

"Enggak usah malu. Mumpung saya masih menginap di sini"

Malam tak dapat dihentikan. Pekat mendapat tempat sesuai porsinya. Bintang-gemintang bernyanyi dengan cara kelap-kelip membentuk kelompok rasi. Memberi pencahayaan semampu mereka. Geliat dingin menggigit kulit. Bila disandingkan dengan alkohol hasil oplosan cukup meledakkan sensasi.

"Siapa yang bisa mencarikan kerudung binal?"

Ah benar adanya. Manusia bila berada dipuncak kejayaan senang berulah. Anak cucumu serimbun semak. Gemar mengadu alat kelamin tetap prioritasmu. Sudah berapa kali rotan berkerutmu kau adu? Setiap tempat yang kau jamah kegemaranmu mencari lawan tanding. Kami tidak tahu sudah berapa lubang kau jajah. Wanita-wanita seusiamu cucumu kau sikat tandas.

"Sebagai peyegaran. Hidup jangan lurus-lurus saja. Pengalaman harus dicari dimanapun tempat".

Sebuah pembenaran kau tumpahkan dihadapan kami. Kalau dipikir, kau sebenarnya bangsat berujud semangka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun