Telinga saya cukup jelas ketika transaksi itu berjalan. Yang dimaksud '/rombongan yaitu kapasitas yang mampu dimuati si getek untuk mengelilingi bendungan. Jelasnya, mungkin begini, satu getek hanya kuat ditumpangi  4 orang- 1 nya pengemudi.Â
Jadi perombongan berjumlah 3 orang dibanderol Rp.15 ribu. Sudah jelas? Kalau penumpangnya anak-anak, perdua anak disamakan 1 orang dewasa. Masih belum mengerti? Geblek loe! Yo rasah emosi. Akukan muk takok.
Boleh. Tapi konsekuensinya dirimu digebuki setelah kelenger digantung dipohon pinus paling tinggi. Mau?
Emosi meneeeh....dadi uwong mbok sing sabar.
Pertanyaanmu menyulut emosi!
Bendungan Candi Muncar baru dibuka resmi sebagai obyek wisata sekitar 2 tahun yang lalu. Pengelolanya kaum muda dusun tersebut. Dari keterangan yang saya dapat, pemerintah pusat menggelontorkan dana 82 juta sebagai bentuk dukungan agar obyek tersebut kian moncer. Dilihat dari kondisinya, menurut saya, masih dibutuhkan beberapa sarana penunjang agar tempat tersebut kian menarik wisatawan.
Sebuah jalan baru telah dibuat sebagai alternatif tapi belum 100% jadi-disisi sebelah sana? Maaf saya disorentasi arah mata angin-yang akan menghubungkan antara jalur bendungan ke obyek wisata baru 'Rumah Pohon'(baru dikerjakan).
Masih banyak yang harus dilengkapi. Tapi saya mengapresiasi kaum muda di dusun ini karena tergerak mengelola aset desa sebagai sarana menciptakan lapangan kerja atau perputaran ekonomi, sehingga keberadaan spot ini tidak tersia-sia.
Lebih dari itu, dengan makin kondangnya obyek ini-otomatis wisatawan banyak-hasil home industri atau kebun desa Bubakan banyak diketahui publik hingga terbeli dengan memasarkannya disekitaran obyek wisata.Â
Seperti diketahui, desa Bubakan terdiri dari 10, yaitu; dusun Bubakan, Sikalas, Tempel, Kutukan, Petung, Banyuwadang, Jamuran, Candirejo, Buling serta Siroto. Rambak, tahu, tempe dan jamu gendong industri rumahan yang bisa dijajakan di destinasi tersebut. Selain cengkeh, desa tersebut juga penghasil durian, rambutan, kopi, serta sayuran.