Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara adalah nama pena. Tinggal di Kepi, Desa Rapowawo, Kec. Nangapanda, Ende Flores NTT. Mengenyam pendidikan dasar di SDK Kekandere 2 (1995). SMP-SMA di Seminari St. Yoh. Berchmans, Mataloko, Ngada (2001). Pernah menghidu aroma filsafat di STF Driyarkara Jakarta (2005). Lalu meneguk ilmu ekonomi di Universitas Krisnadwipayana-Jakarta (2010), mengecap pendidikan profesi guru pada Universitas Kristen Indonesia (2011). Meraih Magister Akuntansi pada Universitas Widyatama-Bandung (2023). Pernah meraih Juara II Lomba National Blog Competition oleh Kemendikristek RI 2020. Kanal pribadi: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kopdit dan Pelayanan Berbasis Teknologi

14 Juli 2017   10:51 Diperbarui: 22 November 2017   12:35 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari perlahan condong ke arah Barat saat kami tiba, Rabu (17/5). Cuaca memang tidak secerah biasanya. Meski tanpa kabut, langit nampak murung di atas kota Angin Mamiri. Sinar mentari mengintip sambil mengiringi perjalanan kami dengan bus jemputan dari Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin menuju Grand Clarion Hotel & Convention Makasar.

Sebagai peserta yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah Makasar, saya hanya tahu Makasar sebagai kota Metropolitan yang berada di luar pulau Jawa dengan pantai Losari yang fenomenal. Sulawesi Selatan umumnya terdapat empat suku besar, yakni Toraja, Mandar, Bugis dan Makasar, dengan makanan terkenalnya Coto Makasar yang enak bila dinikmati saat senja di pantai Akkarena.

Pertumbuhan Koperasi Kredit (Kopdit)/Credit Union (CU), sebagaimana ditulis PICU (Pusat Informasi Credit Union) No. 36/Th.7 Edisi Maret -- April 2017, di Sulawesi Selatan terdapat Puskopdit Bekatigade Sulawesi Selatan, dengan 11 kopdit primer dan 7.765 anggota per 31 Desember 2016. Keadaan anggota ini belum menggembirakan dibandingkan Puskopdit lain yang lebih besar dari segi jumlah anggota. Sementara, ketika duduk membaca koran di lobi hotel, Harian Fajar Makasar menurunkan berita, terdapat 121 koperasi di kota Makasar namun baru 14 koperasi yang sudah menyelenggarakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) sebagai wujud koperasi yang sehat secara organisasi.

Foto: Roman Rendusara
Foto: Roman Rendusara
Esok harinya, Kamis (18/5) kegiatan Lokakarya Nasional (Loknas) Koperasi Kredit Indonesia dimulai tepat pukul 08.00 WIT. Acara tersebut dilaksanakan di Phinisi Hall Grand Clarion. Lebih dari 700 peserta utusan Kopdit/CU dan Puskopdit seluruh Indonesia hadir. Para peserta dari Sabang sampai Merauke disuguhkan dengan tarian Gandrang Bulo oleh siswa -- siswi SDK St Aloysius Makasar.  

Gandrang bulo berasal dari kata 'gandrang' dan 'bulo' yang berarti tabuhan/pukulan dan bambu. Para penari memperlihatkan gerak jenaka yang diiringi dengan tabuhan gendang dan bambu. Gendrang bulo memancarkan semangat yang menyala -- nyala. Tidak lain, suguhan tarian Gendrang Bulo memberikan spirit baru, agar insan Kopdit/CU se -- Indonesia tetap giat dan terus bergelora membangun dan mengembangkan Kopdit/CU yang lebih optimal.

Ketua Induk Koperasi Kredit Indonesia (Inkopdit) Drs. V. Joko Susilo, dalam sambutan acara pembukaan Loknas mengajak peserta untuk sejenak menimbang tiga inspirasi dari pemilihan tempat penyelenggaraan Loknas, Open Forum dan RATNAS TB 2016 di Makasar ini. Pertama, pasca hancurnya Kerajaan Singosari, kerajaan baru yang bernama Majapahit, didirikan oleh Raden Kertajasa Jayawardhana. Gajah Mada diangkat sebagai prajurit istana (Bhayangkara). Masa pemerintahan raja Hayam Wuruk, karena kehebatan dalam pertempuran melawan musuh, Gajah Mada menaklukan kerajaan Logajah, Seram, Gurun, Sasak, Buton, Solor, Bima, Banda, Sumba, Dompo, Ambon dan kerajaan Timur. Sebuah keyakinan muncul, pasti Gajah Mada orang Makasar, sebab sangat menguasai lautan.

Kedua, 40.000 rakyat sipil Sulawesi Selatan dibunuh dalam peristiwa Wasterling pada Desember 1946 -- Pebruari 1947. Pasukan Belanda membersihkan daerah Sulawesi Selatan dari pejuang-pejuang Republik dan menumpas perlawanan rakyat yang menentang terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur. Robert Wolter Mongonsidi sangat menentang keras kebrutalan itu, walau pada akhirnya pada 5 September 1949 ia dijatuhi hukuman mati oleh Belanda.

Ketiga, Timnas sepakbola Indonesia pernah saling berhadapan dengan Rusia pada perempat final Olimpiade Melbourne pada 1956. Pada pertandiangan pertama, Indonesia bisa menahan kelincahan tim Rusia dengan skor kacamata, 0 -- 0. Salah seorang pemain handal di Timnas kala itu adalah Rahman, putra Makasar.

Gajah Mada, Robert W Monginsidi dan Rahman adalah tiga tokoh yang mengobarkan semangat pada catatan sejarah dan masanya. Sebagai insan Kopdit/CU hendaknya menampilkan teladan, contoh dan tindakan konkret yang berani mengembangkan Kopdit/CU, dengan masing -- masing peran, tugas, wewenang dan jabatan yang dipercayakan oleh anggota.

Loknas dilaksanakan pada 18 - 19 Mei 2017 dengan tema "Penguatan Tata Kelola Menuju Integrasi Nasional". Selama 2 hari itu, para peserta menyimak materi -- materi yang diberikan fasilitator. Peserta mendiskusikan masalah - masalah sambil menemukan solusi -- solusi tepat mengusung tema besar adalah integrasi Nasional.

Peserta dibagi dalam tiga kelas. Kelas A, B dan C. Masing -- masing kelas mempunyai materi dan fasilitator yang berbeda. Kelas A, peserta membahas tentang TAKE (Tata Kelola Efektif) oleh Roby Tulus, Pembangunan Tata Kelola menuju Integrasi Nasional oleh Th. Trisna Ansarli dan Pembenahan Tata Kelola Kopdit oleh Untung Tri Basuki, S.H., M.Kn. Ketiganya penasihat Inkopdit Jakarta.

Kelas B, peserta mendiskusikan tentang Collaborate: Creating Sustainable Competitive Advantage and Member Value Through Technology (Berkolaborasi: Menciptakan Keunggulan Kompetitif yang Berkelanjutan dan Mutu Anggota melalui Teknologi), Network Fees: To support the integrated credit union network system (Beban Jaringan sebagai upaya mendukung sistem jaringan Kopdit yang terintegrasi), Security Mechanisms and Central Fund: Protecting and Managing People's Money (Mekanisme keamadan dan dana sebagai upaya mengamankan dan mengelola Uang Anggota) dan Territory Management: Service Outlets Use (Manajemen Kewilayahan sebagai bagian dari penggunaan outlet pelayanan). Fasilitator materi ini Elenita V. San Roque, CEO ACCU-Bangkok dan Ranjith Hettiarachchi, Project Manager ACCU-Bangkok.

Kelas C, peserta diperkaya dengan pengalaman tata kelola Kopdit/CU secara praktis. Terpilih tiga Kopdit/CU, yakni Kopdit CU Mandiri -- Tebing Tinggi Sumatera Utara, CU Melania -- Bandung dan Kopdit Obor Mas -- Maumere Flores. Ketiganya diwakilkan oleh General Manajer masing -- masing.  

Saya peserta kelas B. Keseluruhan penyajian materi dalam bahasa Inggris. Disediakan juga penerjemah. Perlahan mengikuti dan memahami materi. Saya ingin membagi menu (materi) kelas B dengan rasa dan pokok yang sama, namun membahasakan secara sederhana.

Suka atau tidak, Internet of things membentuk kita mulai hari ini. Ketika mobil bertenaga bensin menggantikan kereta kuda pada awal abad ke-20, dunia perlahan -- lahan menyaksikan semakin pudarnya bengkel kareta kayu dan peternakan kuda. Saat bersamaan, bengkel otomotif tumbuh dan stasiun pengisian bahan bakar bertunas (bermunculan) bak jamur pada musim hujan.

Masa ini tidak bertahan lama, ketika mobil bertenaga bensin beralih menjadi self-driving car yang dikendalikan oleh teknologi (internet) melalui smartphone. Misalnya, taksi dan ojek online, dengan segala kemudahan: cepat, mudah dan murah. Bagaimana bisa? Itulah disruption (Rhenald Kasali, 2017), ketika para incumbent 'tidur nyenyak' tanpa inovasi, dan tak terasa lawan -- lawan tak terlihat 'memotong kaki' para incumbent dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.

Bagaimana dengan Kopdit/CU? Our real competition is convenience -- persaingan nyata kita adalah kesempatan. Bagaimana Kopdit/CU bisa lebih memanfaatkan kesempatan kemajuan teknologi, demi menciptakan pelayanan keuangan yang cepat dan murah kepada anggota. Menciptakan keunggulan kompetitif dengan inovasi berbasis internet adalah jawabannya. Dengan demikian, diharapkan mutu anggota Kopdit/CU semakin berkualitas.

Kopdit/CU di bawah naungan Puskopdit Flores Mandiri sudah mengambil peran besar, mempersiapkan insan Kopdit/CU yang kompeten dalam bidang IT. Kualitas SDM manajemen dipahat. Kompetensi diuji. Tanpa meninggalkan nilai, jatidiri dan prinsip Kopdit/CU yang konsisten diterapkan. Sistem manajemen keuangan berbasis komputerisasi dikembangkan. Perlahan, sistem itu mengarah pada program pelayanan online. Dengan harapan, pelayanan kepada anggota semakin cepat, mudah, murah, efektif dan efisien.

Apa jadinya apabila Kopdit/CU tetap mempertahankan pola pelayanan kepada anggota dengan cara 'apa adanya', bisa jadi akan gigit jari seperti Kodak tidak berhasil mengembangkan produknya melawan industri kamera digital, atau seperti Blue Bird yang resah diterpa gelombang taksi online, atau bahkan mati terpuruk seperti wartel mengalahkan derasnya telepon genggam/handphone.

Paling tidak, Kopdit/CU melek teknologi, internet of things dan mulai memikirkan sistem dan pengembangan inovasi pelayanan kepada anggota berbasis IT. Sehingga, konektivitas dan integrasi yang digemakan dalam Lokakarya ini bisa menjadi nyata.

Menurut, Miss Elenita V. San Roque dan Mr Ranjith Hettiarachchi, visi konektivitas dan jaringan yang terintegrasi antar Kopdit/CU, yakni menyokong sumber daya Kopdit/CU, menetapkan standar operasional yang sinergis, dan memacu semangat solidaritas Gerakan.

Hanya dengan konektivitas jaringan yang terintegrasi berbasis IT, kata Miss Elenita dan Mr Ranjith, mekanisme keamanan uang anggota dilindungi dan dikelola secara profesional. Juga manajemen anggota berdasarkan wilayah dilayani lebih optimal.

Kegiatan Open Forum dilaksanakan tanggal 21 Mei 2017. Dr Revrisond Baswir menjelaskan peran strategis Kopdit/CU dalam pemberdayaan ekonomi rakyat. Ia mengutip Bung Hatta dalam Swasono Rijal (1985), "Cita-cita koperasi Indonesia adalah menentang individualisme dan kapitalisme secara fundamental. Paham koperasi Indonesia menciptakan masyarakat Indonesia yang kolektif, berakar pada adat istiadat hidup Indonesia yang asli, tetapi ditumbuhkan pada tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan tuntutatan zaman modern."

"Sebagai lembaga keuangan milik rakyat, dan sekaligus sebagai alat perjuangan rakyat untuk membebaskan diri dari tindasan kapitalisme, koperasi kredit wajib diselenggarakan atas dasar kesadaran kelas", kata ekomom UGM itu.

Dalam kesempata yang sama, Miss Elenita V. San Roque dan Mr Ranjith Hettiarachchi memaparkan strategi integrasi demi pertumbuhan Kopdit/CU (Integration Strategy for the Growth and Relevance of Credit Unions).

Menurut Miss Elenita, integrasi dalam jaringan antar Kopdit/CU sangat mendesak. Pertama, sharing resources (pooling). Saling membagi pengetahuan dan sumber daya seperti informasi keuangan dan statistik pertumbuhan, mendeposit aset lancar sekian persen sebagai dana stabilitas pusat, dan mendorong pemasaran produk pelayanan keuangan Kopdit/CU yang tersentral. Kedua, menciptakan standarisasi operasional seperti produk dan pelayanan, wilayah pengembangan, dan kualifikasi perekrutan karyawan Kopdit/CU.

 Sedangkan Robby Tulus, penasihat Inkopdit Jakarta, memandang perlu merancang struktur ideal organisasi Kopdit/CU menghadapi era digital.

Era digital ditandai dengan perkembangan dan inovasi berbagai produk. Kamera digital diperkenalkan di awal tahun 1980an lalu 26 tahun kemudian KODAK bangkrut. "Netscape browser" untuk internet diluncurkan tahun 1994, kemudian kurang dari 10 tahun industri surat kabar sedunia mengalami penurunan cukup drastis. Empat puluh tujuh persen dari semua email dibuka melalui HP. Delapan puluh persen dari pelaku marketing dan 60% agen dagang menemukan ide mereka melalui media sosial. Enam puluh enam persen pelaku marketing memperoleh tambahan ide dari media sosial setelah mereka membuka situs sosial mereka 6 jam seminggu saja. Era digital menjadi media sosial sebagai instrumen membangun citra dagang (brand image). Era ini melibatkan nasabah dan pelanggan.

Menurut Robby, Kopdit/CU mesti menangkap peluang, mempromosikan Kopdit/CU lewat media sosial sebab pengguna terbesar media sosial adalah kaum milenial, generasi terbesar di dunia saat ini.

Lanjut Robby, bisakah Kopdit/CU memobilisasi kaum milenial? Pertama, menciptakan kegiatan kelompok seperti 'eco tourism', wisata alam dengan sistem kolektif untuk menggalang bersama. Kedua, gunakan pelayanan online demi kemudahan dan kecepatan. Ketiga, melibatkan kaum milenial. Keempat, mengadvokasi pengalaman, bukan hanya produk. Kelima, memanfaatkan rekomendasi 'peer' (sesama kelompok).

 Akhirnya, tibalah tanggal 22 Mei 2017. Pagi masih buta. Rombongan dari Puskopdit Flores Mandiri bergegas meninggalkan Grand Clarion Hotel, meninggalkan kota Makasar. Kami kembali ke Flores sambil membawa pesan -- pesan Loknas dan Open Forum. Tetap dengan prinsip 'If opportunity doesn't knock, build a door' -- Milton Berle. Sekiranya dapat diwujudnyatakan di Kopdit/CU masing -- masing demi pelayanan kepada anggota yang lebih optimal dan profesional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun