Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara adalah nama pena. Tinggal di Kepi, Desa Rapowawo, Kec. Nangapanda, Ende Flores NTT. Mengenyam pendidikan dasar di SDK Kekandere 2 (1995). SMP-SMA di Seminari St. Yoh. Berchmans, Mataloko, Ngada (2001). Pernah menghidu aroma filsafat di STF Driyarkara Jakarta (2005). Lalu meneguk ilmu ekonomi di Universitas Krisnadwipayana-Jakarta (2010), mengecap pendidikan profesi guru pada Universitas Kristen Indonesia (2011). Meraih Magister Akuntansi pada Universitas Widyatama-Bandung (2023). Pernah meraih Juara II Lomba National Blog Competition oleh Kemendikristek RI 2020. Kanal pribadi: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kopdit dan Pelayanan Berbasis Teknologi

14 Juli 2017   10:51 Diperbarui: 22 November 2017   12:35 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan Open Forum dilaksanakan tanggal 21 Mei 2017. Dr Revrisond Baswir menjelaskan peran strategis Kopdit/CU dalam pemberdayaan ekonomi rakyat. Ia mengutip Bung Hatta dalam Swasono Rijal (1985), "Cita-cita koperasi Indonesia adalah menentang individualisme dan kapitalisme secara fundamental. Paham koperasi Indonesia menciptakan masyarakat Indonesia yang kolektif, berakar pada adat istiadat hidup Indonesia yang asli, tetapi ditumbuhkan pada tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan tuntutatan zaman modern."

"Sebagai lembaga keuangan milik rakyat, dan sekaligus sebagai alat perjuangan rakyat untuk membebaskan diri dari tindasan kapitalisme, koperasi kredit wajib diselenggarakan atas dasar kesadaran kelas", kata ekomom UGM itu.

Dalam kesempata yang sama, Miss Elenita V. San Roque dan Mr Ranjith Hettiarachchi memaparkan strategi integrasi demi pertumbuhan Kopdit/CU (Integration Strategy for the Growth and Relevance of Credit Unions).

Menurut Miss Elenita, integrasi dalam jaringan antar Kopdit/CU sangat mendesak. Pertama, sharing resources (pooling). Saling membagi pengetahuan dan sumber daya seperti informasi keuangan dan statistik pertumbuhan, mendeposit aset lancar sekian persen sebagai dana stabilitas pusat, dan mendorong pemasaran produk pelayanan keuangan Kopdit/CU yang tersentral. Kedua, menciptakan standarisasi operasional seperti produk dan pelayanan, wilayah pengembangan, dan kualifikasi perekrutan karyawan Kopdit/CU.

 Sedangkan Robby Tulus, penasihat Inkopdit Jakarta, memandang perlu merancang struktur ideal organisasi Kopdit/CU menghadapi era digital.

Era digital ditandai dengan perkembangan dan inovasi berbagai produk. Kamera digital diperkenalkan di awal tahun 1980an lalu 26 tahun kemudian KODAK bangkrut. "Netscape browser" untuk internet diluncurkan tahun 1994, kemudian kurang dari 10 tahun industri surat kabar sedunia mengalami penurunan cukup drastis. Empat puluh tujuh persen dari semua email dibuka melalui HP. Delapan puluh persen dari pelaku marketing dan 60% agen dagang menemukan ide mereka melalui media sosial. Enam puluh enam persen pelaku marketing memperoleh tambahan ide dari media sosial setelah mereka membuka situs sosial mereka 6 jam seminggu saja. Era digital menjadi media sosial sebagai instrumen membangun citra dagang (brand image). Era ini melibatkan nasabah dan pelanggan.

Menurut Robby, Kopdit/CU mesti menangkap peluang, mempromosikan Kopdit/CU lewat media sosial sebab pengguna terbesar media sosial adalah kaum milenial, generasi terbesar di dunia saat ini.

Lanjut Robby, bisakah Kopdit/CU memobilisasi kaum milenial? Pertama, menciptakan kegiatan kelompok seperti 'eco tourism', wisata alam dengan sistem kolektif untuk menggalang bersama. Kedua, gunakan pelayanan online demi kemudahan dan kecepatan. Ketiga, melibatkan kaum milenial. Keempat, mengadvokasi pengalaman, bukan hanya produk. Kelima, memanfaatkan rekomendasi 'peer' (sesama kelompok).

 Akhirnya, tibalah tanggal 22 Mei 2017. Pagi masih buta. Rombongan dari Puskopdit Flores Mandiri bergegas meninggalkan Grand Clarion Hotel, meninggalkan kota Makasar. Kami kembali ke Flores sambil membawa pesan -- pesan Loknas dan Open Forum. Tetap dengan prinsip 'If opportunity doesn't knock, build a door' -- Milton Berle. Sekiranya dapat diwujudnyatakan di Kopdit/CU masing -- masing demi pelayanan kepada anggota yang lebih optimal dan profesional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun