Mohon tunggu...
Romi Romadhoni
Romi Romadhoni Mohon Tunggu... -

@romi_mr Development Planner. Master of Development Planning (Univ of Queensland). Urban issue enthusiast. Economic equity is the new growth

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Janji Suci Founding Father yang Dilupakan: Pengkonsentrasian Kepemilikan Tanah Makin Ekstrem

2 Oktober 2016   10:54 Diperbarui: 2 Oktober 2016   11:17 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara kasus di lapangan, insiden penggusuran di Bukit Duri misalnya, adalah contoh gamblang  yang tidak menghormati bahkan menginjak- injak proses hukum. Eksekusi penggusuran tetap dilakukan, alat berat dikerahkan,   meski proses hukum sedang berjalan di Pengadilan (sedang ada persidangan atas tuntutan warga).  Ini sungguh preseden buruk. Suatu waktu di suatu tempat terjadi sengketa lahan antara rakyat dengan korporasi besar misalnya,  tanpa perlu pengadilan langsung bisa saja langsung  serobot.  

Di Bukit Duri, yang  termasuk  yang diratakan dengan tanah adalah Sanggar Ciliwung Merdeka yang telah berjalan sejak tahun 2000. Menurut pemerhati masalah perkotaan Elisa Sutanudjaja, sanggar ini telah banyak sekali  menghasilkan karya seni dan budaya mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pekerjaan Umum atas upayanya sebagai pengubah kota (City Changer). 

Pelaku kapitalis yang menguasai sumberdaya finansial bukan saja dengan leluasa mengkonsentrasikan  kekayaan   ke tangan segelintir. Namun juga secara terlembaga dan  masif berupaya menyatupadukan pemerintah (pusat maupun daerah)  menjadi  satu adonan pemangku kepentingan yang makin  kaya-kuasa.  

Metode keset.  Agar para turah-kuasa bisa secara permanen menguasai sumberdaya vital : bumi , air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya – menjadi  aset pribadi, maka diperlukan keset sebagai pijakannya:  sub-ordinasi kelompok masyarakat miskin. Yang  faktanya, kelompok ini  tak punya aset tanah atau finansial. Lagi- lagi,  ini yang terus terjadi secara terstruktur, makanya indeks ketimpangan makin anjlok.

Dalam konteks sedemikian, penggusuran tanah dijadikan komoditi yang masif untuk melanggengkan relasi kuasa yang  eksploitatif. Demikian halnya dengan kasus reklamasi pulau G dan  proses pilkada , adalah medan – medan  yang mesti  dimenangkan oleh mereka. Agar sumberdaya kapitalis bisa  terus menopang para kelompok turah-kuasa. Secara  permanen.

Jakarta, 2 Oktober 2016

@romi_mr

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun