Mohon tunggu...
Revli Ohp Mandagie
Revli Ohp Mandagie Mohon Tunggu... -

Lahir di Manado pada tanggal 6 Maret 1960. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Kristen Eben Haezar Manado, Mei 1979, Revli merantau ke Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Imlek dalam Perspektif Kebangsaan Indonesia

7 Februari 2016   01:28 Diperbarui: 7 Februari 2016   18:04 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sehingga saat ini warga Tionghoa adalah juga merupakan orang Indonesia asli dan menghilangkan keraguan akan keaslian yang selama ini banyak dipertanyakan yang pada akhirnya banyak merugikan warga Tionghoa. Selain itu melalui Undang-undang RI Nomor 40 tahun 2008 tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis, saat ini hak dan kewajiban warga Tionghoa telah sama dengan warga Indonesia  lainnya. Dimana dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh perlakuan yang sama untuk mendapatkan hak-hal sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan tanpa membedakan ras dan etnis.  

Maka sempurnalah pengakuan negara terhadap keberadaan warga Tionghoa.  Tidak ada lagi hambatan tersamar yang merintangi  langkah warga Tionghoa dalam setiap aktifitas kebangsaan dan kemasyarakatan Indonesia . Kiprah etnis Tionghoa di pemerintahanpun semakin siginifikan dengan terus naiknya tokoh Tionghoa dari semua tingkatan mulai dari bupati hingga menteri sebut saja Mari Elka Pagestu yang telah menjadi menteri pada dua periode dari tahun 2004. Lalu tokoh nasional Kwik Kian Gie yang pernah menjabat menteri pada periode Presiden Megawati.  Untuk bupati dan wali kota tercatat dua periode (2005-2015) Bupati Belitung Timur yakni Basuri Tjahaja Purnama dan Basuki Tjahaja Purnama, dan sekarang sebagai Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya, Hasan Karman Wali Kota Singkawang 2007-2012, Saptono Mustaqim Wakil Bupati Lingga, Christiandy Sanjaya Wakil Gubernur Kalimantan Barat 2008-2013 adalah warga Tionghoa.

Saat ini sudah saatnya warga Tionghoa menunjukkan semangat kebangsaan yang dapat diaktualisasi dalam bentuk kesetiakawanan sosial dan keterlibatan dalam setiap sendi kehidupan bangsa, baik ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Intinya, Tionghoa Indonesia dapat memaknai Imlek sebagai momentum untuk mengingatkan diri tentang semangat bela rasa sebagai bangsa. Jika semangat ini tertanam dengan kuat, paling tidak akan dapat membangun komunitas masyarakat yang berkarakter demokratis. Stereotif negatif yang selama ini berkembang dalam masyarakat Indonesia harus dapat dikikis.  Sudah saatnya suku Tionghoa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan Indonesia. Selamat Hari Raya Imlek, Gong Xi Fat Chai, Imlek 2567 / 8 Pebruari 2016 (M).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun