Bahwa sesungguhnya para kandidat yang maju dalam pertandingan politik itu adalah para putra-putri terbaik NTT yang telah bekerja untuk rakyat dengan porsi kerjanya masing-masing.
Prestasi itu yang harusnya disebarluaskan, sambil dibarengi dengan visi-misi agar masyarakat tahu apa yang menjadi kerja prioritas para kandidat jika nanti terpilih menjadi pemimpin di NTT.
Benarkah Politik Sarat Kepentingan?
Politik itu tidak hanya berkaitan dengan mendapatkan jabatan tetapi politik juga erat kaitannya dengan upaya menata kehidupan kota termasuk di dalamnya persoalan kemanusiaan.
Karena politik itu adalah cara untuk membenahi masalah kemanusiaan maka tidak salah jika kemudian para kandidat memperlihatkan prestasi atau kinerja mereka.
Tetapi adalah suatu masalah jika kemudian kerja kemanusiaan ini dipelintir dengan maksud "memaksa" masyarakat memilih kandidat bersangkutan karena alasan koalisi gemuk.
Lagi-lagi kita terjebak dalam politik kepentingan. Kalau bermodalkan jejaring ke pusat dan alasan mana sahabat, mana teman koalisi maka sudah tentu implementasi sila kelima Pancasila jauh dari harapan.
Katanya harus ada "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia", tapi mengapa harus ada dikotomi teman lawan sahabat dalam kontestasi politik?
Masyarakat pada akhirnya butuh edukasi yang baik menjelang pemilihan, masyarakat mau lihat apa janji politik pemimpin ke depan.Â
Jangan bawa-bawa konflik kepentingan masuk dalam arena demokrasi. Semoga saja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H