Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Awas Terjebak dalam Kepura-puraan

4 Juni 2024   23:02 Diperbarui: 5 Juni 2024   00:19 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah dipanggil, Nabi Amos kemudian diutus ke Israel atau Kerajaan Utara. Untuk diketahui bahwa setelah Salomo meninggal, Israel terpecah menjadi dua Kerajaan yakni Selatan dan Utara.

Kerajaan Selatan (Yehuda) terdiri atas dua suku yakni suku Yehuda dan Benyamin. Sedangkan Kerajaan Utara (Israel) terdiri atas 10 suku.

Ketika menerima panggilan sebagai nabi, Amos sangat keras melawan ketidakadilan yang ada di wilayah Israel Utara.

Ketidakadilan itu terlihat melalu sikap kepura-puraan mereka di dalam beribadah.

Tentu apa yang disampaikan atau diserukan oleh Amos ini punya dasar. Amos melihat bahwa Israel, yang adalah umat pilihan Tuhan ternyata tidak mampu menjaga citra diri mereka sebagai bangsa pilihan.

Semua yang mereka lakukan itu sepertinya hanya suatu pencitraan. Kelihatan diluar itu baik tetapi dari dasar lubuk hati ternyata itu dilakukan dengan maksud lain atau terpaksa saja.

Ibadah mereka ternyata tidak tulus. Itulah sebabnya Amos mau agar umat Israel harus bertobat dan sungguh-sungguh mencari Tuhan.

Amos bahkan dengan tegas menolak untuk Israel pergi ke Betel, Gilgal & Bersyeba. 

Ketiga tempat ini adalah tempat sakral dimana bangsa Israel akan pergi ke sana untuk beribadah dan sekaligus mempersembahkan korban untuk penghapusan dosa mereka.

Mereka menganggap bahwa dengan memberi banyak persembahan, mereka bisa menyogok Tuhan untuk mengampuni dosa mereka. 

Itu artinya bahwa mereka tidak sungguh-sungguh mengakui dosa dan beribadah kepada Tuhan. Bagi Amos, itu percuma saja, tidak ada nilainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun