Untuk menguji spirit kebersamaan itu maka kita perlu sertakan alat ukur atau indikatornya.Â
Dari Kisah Para Rasul 2:41-47, alat ukur itu ialah berdoa, memuji Allah dan memecahkan roti (ayat 42).
Ini artinya bahwa ibadah tidak hanya sebatas duduk diam tetapi ibadah juga berarti tindakan nyata. Kita lalu kenal istilah ora et labora, berdoa dan bekerja.Â
Jemaat mula-mula menghidupi pola ini. Mereka berdoa-memuji Allah tetapi juga bersedia bekerja menjadi berkat bagi sesamanya yang lain.Â
Apa yang ada pada mereka itu mereka keluarkan untuk dinikmati bersama. Mereka tidak jadi orang yang pelit atau kikir (ayat 44).
Kita tentu bertanya, mengapa sampai jemaat mula-mula bersedia melakukan semangat berbagi?Â
Bukankah nanti yang ada hanya kerugian kalau ternyata yang berbagi itu hanya satu tetapi yang lain tidak?Â
Menjawab pertanyaan ini maka kita perlu lihat ayat 46. Setelah dari Bait Allah, mereka datang ke rumah sesama anggota jemaat yang sudah bersedia untuk menerima mereka guna menjalankan jamuan bersama.Â
Kita lihat bahwa mereka tidak fokus pada satu tempat saja melainkan di beberapa titik tempat.Â
Dengan demikian, tidak ada keluarga yang merasa menanggung semua hal, termasuk makan-minum
Di samping itu, semangat beribadah dan memecahkan roti bersama ini mereka lakukan supaya meningkatkan kebersamaan mereka oleh karena status mereka pada saat itu masih menjadi kaum minoritas.Â