Seperti yang (mungkin) Anda ketahui, perusahaan kami memberikan jasa konsultasi serta pelatihan terkait manajemen manufaktur. Public training, merupakan salah satu jasa yang termasuk di dalamnya.
Sejak perusahaan ini berdiri 10 tahun yang lalu, tak sedikit calon peserta public training yang mundur karena alasan biaya atau jadwal yang tidak cocok. Dan sejak dahulu, kami tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Itu hal biasa dalam bisnis.
Kami memegang erat paradigma penjualan yang berbunyi :
"Jual lah pada orang yang membutuhkan, dan mempunyai dana yang cukup untuk membayarnya."
Sehingga, bila seseorang sangat membutuhkan, namun tidak mampu membeli, maka dia bukan termasuk target market. Jadi, yang tidak termasuk target market, tidak perlu digubris. Begitulah intinya.
Bahasa yang saya gunakan (mungkin) terbilang kasar, dan cenderung blak-blakan. Walaupun begitu, bukankah semua perusahaan memiliki target market tertentu, dan mengabaikan yang bukan target market-nya?
Namun sekitar 6 bulan yang lalu, pandangan saya tentang paradigma tersebut mulai berubah. Ada hal-hal yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Perubahan pandangan ini gara-gara seorang calon peserta public training. Sebut saja namanya AJ. Ini nama sebenarnya, tapi disamarkan.
Mas AJ ini, berkali-kali menghubungi marketing kami. Bertanya mengenai public training PPIC based MRP-JIT yang kami selenggarakan. Semangat sekali dia kelihatannya. Tipikal peserta yang sangat potensial bagi kami. Hehe..
Hingga suatu ketika, seminggu sebelum hari H. Bagian marketing menghubungi AJ untuk menanyakan jadi tidaknya dia mengikuti public training tersebut. Sales call rutin, guna mengkonfirmasi pendaftaran yang telah di lakukan setiap calon peserta.
Tak disangka, dia membatalkan kepesertaannya. Dia jawab "Maaf Pak, uang saya belum cukup.."
Jawaban ini membuat staff kami terkejut. Bengong.