Mohon tunggu...
Roihatul Jannah
Roihatul Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Roihatul, sejak kecil saya memiliki hobi menulis dan membaca. Menurut saya dengan kita menuangkan imajinasi melalui sebuah tulisan, akan menjadikan kita semakin produktif dalam mengisi waktu luang. Saya banyak menghabiskan waktu saya dengan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pahat Rasa

23 September 2024   01:28 Diperbarui: 24 September 2024   06:00 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lihat tuh adek kamu, Danis. Dia masih smp tapi pikirannya lebih normal daripada kamu!" 

"Mama capek, Mahen. Mama capek!" Teriak Retta diiringi isakan tangisnya.

Mahen mengambil surat yang dilempar Retta barusan dan menggenggamnya erat.

"Mahen juga capek, Ma! Mama selalu bandingin aku sama Danis. Mama gak pernah ngasih aku apresiasi, aku juga pengen diperlakukan sama kayak Danis, Ma. Coba aja Papa masih ada, pasti Mahen gak akan kesepian gini," sahut Mahen.

"Dasar anak gak tau diuntung kamu, kamu pikir Mama kerja buat siapa? Buat kalian berdua, kamu pikir spp kamu gratis? Makan kamu ditanggung pemerintah? Mama yang nanggung semua biaya hidup kamu, Mahen." Teriak Retta dengan emosi kian memuncak.

"Udah cukup buat Mama nangis, Kak." Sahut Danis yang baru pulang bermain.

"Ohh ini kan? Anak kebanggan Mama? Selamat, Bro, lo anak kesayangan lo punya kuasa." Ucap Mahen sambil memainkan rambut Danis dan berlalu pergi.

Luka batin yang dialami Mahen sejak kecil, menjadikan lelaki itu tumbuh menjadi remaja yang tertutup dan introvert. Selain itu, ia juga memiliki sifat yang kaku dan mudah tersulut api amarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun