"Ini semua gara-gara dia, Bu." Sahut Farez dan membuang muka acuh.
"Enggak, Bu, dia yang mulai duluan!" Tukas Mahen dengan nada santai.
Tak terima dengan penuturan Mahen, emosi Farez langsung memuncak menerobos ubun-ubun. Lelaki itu menarik kerah baju milik Mahen dengan tatapan tajamnya.
"Apa lo?" Seru Mahen berusaha melawan.
Tanpa aba-aba Farez berhasil meninju rahang Mahen secara brutal. Hingga menimbulkan darah segar mengucur. Mahen tak tinggal diam, ia membalas perlakuan Farez tak kalah brutal. Bu Monalisa yang sedari tadi berusaha melerai keduanya namun, tak mendapatkan hasil cerah.Â
*****
Mahen merebahkan tubuh kekarnya di atas sofa. Ia masih mengenakan seragam sekolahnya. Akhirnya, ia berhasil melepas lelah yang sedari tadi meronta untuk dihunus. Lelaki itu memainkan gawainya, seperti anak muda kebanyakan.Â
"Mahen! Mahen!" Teriak seorang perempuan dengan pakaian kerja kantornya. Ia berjalan cepat menuju Mahen. Lelaki tampan itu menatap sekilas seorang yang sedang berkacak pinggang di hadapannya. Dia adalah Retta, Mama Mahen.
"Kenapa, Ma?" Tanya Mahen dengan nada malas.
"PLAKKK" satu tamparan berhasil mendarat sempurna di pipi mulus Mahen.Â
"Dasar anak gak tau diri! Bisanya cuma buat Mama susah aja kamu, lihat ini kamu dapat skors dari Sekolah selama seminggu," bentak Retta dan melempar surat dari Sekolah tepat di muka Mahen.