Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Janda Bolong Salip Brompton, Reinkarnasi Gelombang Cinta?

3 September 2020   15:34 Diperbarui: 3 September 2020   15:46 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesepeda tengah memompa Bromptonnya - Sumber Foto: Matthew Lloyd/Getty Images dalam detik.com

Fenomena meroketnya harga Janda Bolong di atas tentunya akan mengingatkan kita pada kasus melejitnya harga tanaman hias yang disebut Gelombang Cinta serta kerabatnya jenis Anthurium-anthurium lainnya.

Bahkan tinggina harga kasus prostitusi online VA terlampaui Janda Bolong - Sumber Foto: hai.grid.id 
Bahkan tinggina harga kasus prostitusi online VA terlampaui Janda Bolong - Sumber Foto: hai.grid.id 
Sekitar tahun 2007 lampau Indonesia pernah dihebohkan oleh wabah  tanaman hias gelombang cinta (Anthurium plowmanii croat) yang harga jualnya bisa mencapai Rp 250 juta, hingga 1 miliar.Karena kehebohan itulah akhirnya banyak masyarakat yang demam untuk berburu kerabat anthurium, membudidayakannya dan membisniskannya.

Tak berbeda dengan kasus Janda Bolong sekarang, tanaman anthurium tersebut seperti halnya Gelombang Cinta memang indah, mempesona dan memiliki mitos tradisional juga.

Namun seperti juga namanya, ternyata tren kegilaan masyarakat tersebut hanya bertahan kurang lebih semusim saja. Laiknya gelombang yang menyapu kegilaan khalayak dalam sekejab, ternyata lejitan harga anthurium mendadak jeblok dan ambrol ketika banyak masyarakat mampu mendapatkan dan membudidayakannya dengan baik. Stoknya melimpah, harganya pun terjun bebas ke bawah kawah.

Disinyalir munculnya gelombang kegilaan pada anthurium yang dihargai ugal-ugalan tersebut hanyalah ulah spekulan yang pintar memanfaatkan isu dan penggiringan informasi yang diinginkan.

Mereka mengumpulkan atau menimbun stok anthurium secara tersembunyi terlebih dahulu, kemudian memainkan strategi penggorengan harga di tengah masyarakat melalui sindikasi yang jitu, menggoda dan meyakinkan. Tentu saja untuk keperluan ini mereka harus menggelontorkan dana cukup besar.

Selanjutnya setelah harga barang tersebut berhasil digoreng dengan baik sehingga harganya meroket, maka mereka pun melepaskan semua stok yang mereka miliki sehingga berhasil mengumpulkan modal pancingan yang telah digelontorkan sekaligus meraup keuntungan yang berlipat ganda. Yang tersisa setelahnya hanyalah para pembudidaya  yang kebingungan dengan koleksi anthuriumnya yang tak laku lagi di pasaran serta para kolektor yang kehilangan tren nuansa kemewahannya.

Semoga saja tren meroketnya harga Janda Bolong kali ini bukanlah reinkarnasi dari kasus Gelombang Cinta yang dulu pernah meroket juga.

Usia Tren Lebih Singkat?

Bisa jadi memang tren meroketnya harga Janda Bolong kali ini mengulang kasus meroketnya harga Gelombang Cinta. Namun saya pribadi memprediksi bahwa keruntuhan sang Janda Bolong kali ini, akan jauh lebih cepat dibanding Gelombang Cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun