Mohon tunggu...
Rohma Sulistyaningsih
Rohma Sulistyaningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru_SMAN 48 Jakarta

Saya suka menulis refleksi dari kejadian setiap hari. Belajar dari kehidupan. Jangan biarkan waktu berlalu tanpa makna. Carpe Diem, Petiklah Hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih Perlukah Berlaku Jujur?

15 Oktober 2023   20:00 Diperbarui: 15 Oktober 2023   20:03 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah di atas terjadi sebelum pandemi sehingga masih pembelajaran tatap muka. Bagaimana, apa kabar dengan kejujuran, rasa tanggung jawab dan kawan-kawannya di saat pandemi dalam masa pembelajaran jarak jauh? Ketika pembelajaran terjadi di ruang kelas maya, sementara segala rupa informasi dapat diakses dengan sangat mudahnya. Ibarat kata, dunia hanya segenggaman. Banyak situs bebas terbuka, apalagi bila tanpa atau kurang pengawasan. Semua hanya tergantung niat dan tanggung jawab si pengakses. Bagaimana dengan anak-anak kita? Siapa yang menjadi penjaga tegaknya norma dan moral kebaikan? Apakah pembelajaran kita sekaligus masih menjadi media penanaman karakter baik akan cukup berhasil dalam situasi yang demikian?

Sementara itu di luaran sana sudah banyak cerita sedih, bagaimana anak-anak yang selama ini jujur berjuang dengan bertanggung jawab mulai gelisah begitu mengetahui banyak orang melakukan kecurangan bahkan bekerja sama demi nilai; masih ada saja yang berusaha mencari celah untuk menyiasati aplikasi ujian tertentu. Alih-alih berusaha belajar, malah berjuang menemukan cheat-nya. Fenomena apa ini? Apalagi bagi kelas 12. Hal ini tentu mempengaruhi kesempatan mendapat jalur SNMPTN (yang sejak tahun 2023 berganti nama menjadi SNBP). Anak-anak yang sudah habit dengan tanggung jawab dan kebaikan tentu saja gelisah, cemas, kuatir dan bahkan perang batin: jujur atau ikut arus? Belum lagi kita bicara tentang kebiasaan buruk siswa saat PJJ; banyaknya kendala dll yang menambah deret masalah pembelajaran di masa pandemi.

Dari sisi hasil, terlebih terkait karakter, mungkin ini merupakan salah satu sisi dari learning loss, yaitu hilangnya pengetahuan dan keterampilan, baik itu secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik karena faktor tertentu.[1]  Namun hal itu terjadi selain karena ketidakefektifan pembelajaran juga faktor terbesarnya adalah menurunnya motivasi belajar siswa. Faktor kedua inilah yang terkait dengan bahasan kita dan di sisi inilah ladang kita menabur benih karakter baik itu.

 

Dari sisi pendidikan, pandemi kemarin memperparah kondisi defisit karakter, seperti yang selama ini sudah dikuatirkan oleh para ahli. Seperti diungkapkan oleh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Imam Prasodjo, bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami defisit karakter. Untuk itu, lulus sekolah dan mendapatkan ijazah saja tidak cukup untuk menjadi bekal memasuki dunia kerja, tapi harus dibarengi dengan karakter yang kuat. "Negeri ini sedang mengalami defisit karakter, sebuah nilai kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan itu seperti dalam situasi menurun," tegas Imam kepada wartawan, di sela-sela ulang tahun ke-7 Yayasan Nara Kreatif, Jakarta, Kamis, 27 Februari 2020. [2]

 

Setidaknya ada lima hal yang harus kita tanamkan kepada anak-anak dan/ atau peserta didik kita, sbb:

 

Pertama, bahwa antara kejujuran dan perolehan nilai (angka) ujian itu tidak boleh dipertentangkan. Mengapa mereka kuatir, bahkan marah dalam perang batin, bisa jadi karena mereka memversuskan keduanya. Atau kalau dia tidak demikian, minimal karena mereka berada di lingkungan sosial yang begitu kompetitif dan mempertentangkan antara kejujuran dengan perolehan nilai, hingga mereka harus atau bisa memilih salah satu di antara keduanya. Artinya perolehan nilai bisa dicapai tanpa kebaikan/kejujuran, merupakan salah satu pilihan. Tidak demikian seharusnya.

 

Kedua, tujuan yang baik sepaket dengan bagaimana cara mencapainya, harus baik juga. Artinya, nilai yang baik (baca: kesuksesan, keberhasilan) harus dicapai dengan cara yang mulia juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun