Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pariwisata Sumba Barat Daya Memang Kelas Dunia

30 Agustus 2019   20:04 Diperbarui: 30 Agustus 2019   20:07 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laguna Wekuri, foto rofinus d kaleka

Pantai Bawana, sisi barat, foto rofinus d kaleka
Pantai Bawana, sisi barat, foto rofinus d kaleka
Ketika kami sedang berfoto ria, datang pula rombongan wisatawan manca negara. Dengan berpakaian apa adanya, para perempuan hanya menggunakan bikini, mereka berhamburan ke pasir dan segera berenang menantang gulungan ombak laut biru yang cukup tinggi. Ombak laut ini memang cocok untuk mereka yang suka main sky atau selancar.

Udara di Bawana masih sejuk, karena lingkungan di puncak tebing masih terawat. Pohon-pohon khas pantai masih cukup padat dan hijau.

Lebih dari satu jam, kami menikmati keindahan Bawana. Kami segera menapaki tangga-tangga tebing. Bagi kawan-kawan yang masih muda dan bugar merasa aman-aman saja. Tapi bagi kawan-kawan yang sudah kepala lima dan kondisi fisiknya kurang bugar harus merayap.

Saya sendiri yang sedang dalam kondisi tidak bugar menjadi masalah berat. Harus empat kali istirahat karena kaki kanan saya mengalami kejang.

Dari Bawana, kawan-kawan masih mampir di destinasi Tanjung Mareha untuk mengambil panorama keindahan Pantai Watu Malando dan Pantai Bawana dari jarak jauh. Saya tidak bisa lagi ikut karena kelelahan dan memilih mendahului mereka untuk istirahat di rumah Kepala Desa Walandimu. Di sini, saya bersama tiga orang kawan menunggu mereka untuk menuju Rate Nggaro.

Pantai Rate Nggaro, foto rofinus d kaleka
Pantai Rate Nggaro, foto rofinus d kaleka
Rate Nggaro

Satu jam kurang lebih saya istirahat di rumah Kades Walandimu. Dari arah jembatan Waiha di sisi selatan tempat saya istirahat sudah terdengar bunyi sirena foreders yang mengawal Rombongan Pemerintah Kota Magelang. Kami berempat pun gegas untuk gabung kembali.

Setengah jam kemudian, kami tiba di bibir Pantai Rate Nggaro, Desa Maliti Bondo Ati, pemekaran baru dari Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Mbangedo. Rombongan turun dari kendaraan dan berhamburan menikmati keindahan pantai.

Di daratan rata bibir pantai ini terdapat batu-batu besar megalit berbentuk dolmen, kuburan para leluhur pertama, warga Kampung Adat Rate Nggaro. Tempat ini pulalah posisi awal Kampung Adat Rate Nggaro.

Mas Anggit dari Magelang di Rate Nggaro, foto rofinus d kaleka
Mas Anggit dari Magelang di Rate Nggaro, foto rofinus d kaleka
Rasa kagum sahabat-sahabat ini terhadap Pantai Rate Nggaro tampak dari wajah-wajah ceria dan semangat mereka  mengabadikan keindahan dan keunikan destinasi tersebut. Rasa kagum dan terperangah mereka juga terlihat jelas ketika memasuki Kampung Adat Rate Nggaro yang berdiri kokoh di sisi timur bibir pantai.

Mereka tidak habis pikir, bagaimana warga membangun rumat adat berkonstruksi kayu, bambu dan beratap alang-alang dengan joglo yang tinggi. Suatu peradaban dan kebudayaan yang menurut mereka unik dan luar biasa namun masih lestari di era modern seperti saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun