Suatu sore sebelum magrib, ditemani sahabatnya, laki-laki asal Nusa Sandalwood juga, Rangga Mone, ke kos pacar sahabatnya ini. Sudah ada janji sebelumnya, pacar sahabatnya ini akan menemani Rangga Mone untuk mengunjungi sahabat pacar sahabatnya.
Selepas magrib, pacar sahabatnya menemani Rangga Mone menuju kos sahabat pacar sahabatnya. Sementara sahabat Rangga Mone menunggu di kos pacarnya. Â
Kos sahabat pacar sahabatnya dengan kos pacar sahabatnya, tidak seberapa jauh jaraknya. Mungkin tidak sampai lima kilometer. Sehingga, waktu tempuh yang dibutuhkan, hanya sebentar saja.
Dengan satu becak berdua, Rangga Mone dan pacar sahabatnya, tiba di dekat kos sahabat pacar sahabatnya. Â Hanya dalam beberapa langkah mereka sudah tiba di depan kos sahabat pacar sahabatnya.
Tampak pintu kamar kos yang dituju terbuka. Ruang kamar terang oleh cahaya listrik. Namun tidak tembus pandang karena ada gerai bambu yang tergantung memeleh pintu.
Dari dalam kamar terdengar suara yang sedang ngobrol. Suara laki-laki dan suara perempuan. Tampak akrab-akrab saja.
Pacar sahabatnya merasa tidak nyaman dan kikuk. Rangga Mone sendiri merasa kecil hati. Tapi sudah terlanjur sampai di tempat tujuan, mau tidak mau, mereka harus menyapa pemilik kos dan mereka pun segera dipersilakan masuk.
Kehadiran Rangga Mone dan pacar sahabatnya malam itu, terasa sangat mengganggu kedua insan yang berstatus pacaran tersebut . Ini terlihat dari wajah kedua insan tersebut, baik yang laki-laki maupun perempuan, yang tampak dingin dan salah tingkah.
Menyadari situasi yang tidak bersahabat itu, maka setelah ngobrol basa-basi sedikit, Rangga Mone dan pacar sahabatnya segera pamit.
***** ****
Sudah tiga tahun lebih Rangga Mone hidup di Kota Pelajar. Seperti apa kabar dan keadaan Tari Mbuku, gadis desa cantik yang pernah menggetarkan hatinya, tidak pernah lagi digubrisnya. Sekali pun selalu jumpa dalam pertemuan-pertemuan di paguyuban warga katolik Nusa Sandalwood di  Kota Pelajar, namun komunikasi mereka hanya biasa-biasa saja. Disamping itu, juga foto Tari Mbuku bersamanya di bawah bunga di depan SMP mereka di Nusa Sandalwood, sudah tidak menghuni lagi etalase di dalam dompetnya.
Hal ini tidak berarti bahwa Rangga Mone membenci Tari Mbuku. Sejujurnya, hal itu dilakukan Rangga Mone sungguh-sungguh hanya sebagai ekspresi kedewasaannya, legowo menerima kenyataan, mencintai tidak selamanya memiliki, dan jodoh berada di tangan Yang Ilahi.Â
Sahabatnya, yang ikut tinggal di rumah kontrakan Rangga Mone, tahu betul kondisi luar dalam Rangga Mone. Saat itu, Rangga Mone sedang tidak mempunyai seorang gadis spesial. Hubungan Rangga Mone dengan gadis cantik asal Pekanbaru tidak jelas statusnya, bisa dibilang pacaran dan bisa juga dibilang teman tapi mesra saja.Â
Hubungan Rangga Mone dengan gadis cantik berambut panjang asal Muntilan, berakhir begitu saja karena Rangga Mone sendiri yang bermain hati ke lain gadis. Demikian pula, hubungan Rangga Mone dengan gadis cantik asal Banyumas yang dicintainya, harus kandas karena konon tidak direstui oleh orang tua gadis ini.
Suatu waktu malam minggu, sahabatnya mengajak pacarnya main ke rumah kontrakan Rangga Mone. Pacar sahabatnya ini, asal Nusa Sandalwood juga dan juga akrab dengan Rangga Mone. Pacar sahabatnya ini biasa bercanda dengan Rangga Mone. Karena Rangga Mone juga suka bercanda dengan pacar sahabatnya.
Entah sudah ada perencanaan sebelumnya antara sahabatnya dan pacar sahabatnya atau hanya spontanitas belaka, saat itu pacar sahabatnya berseloroh kepada Rangga Mone, "Kak, masih ingat dengan sahabatku, Tari Mbuku. Waktu saya ke kosnya, dia tanya keadaan kakak lho! Dia bilang juga, kalau kakak sekarang sudah berubah, tidak pusing dia lagi," tuturnya sambil senyum-senyum.
"Kamu ini, ada-ada saja. Masih ungkit lagi masa-masa yang sudah berlalu. Untuk apa juga kamu sebut dia lagi. Toh dia juga sudah punya pacar sekarang," balas Rangga Mone meresponnya dengan santai saja. Rangga Mone tahu kalau Tari Mbuku sudah punya pacar dari sahabatnya, pacar pacar sahabatnya ini. Waktu itu, sahabatnya mengalami kecelakaan dalam sepak bola, tulang belikatnya bermasalah, dan diantar pulang oleh seorang laki-laki gempal dan cukup ganteng juga. Sahabatnya memperkenalkan laki-laki itu sebagai pacar Tari Mbuku.
"Benar  yang saya bilang ini kak. Bukan saya mau godain," lanjut pacar sahabatnya. Suara dan ekspresinya mulai agak serius.
Memperhatikan ekspresi Rangga Mone yang mulai serius juga, pacar sahabatnya melanjutkan, "Sekarang ini dia sedang menghadapi masalah cukup berat kak. Dia tidak tahu juga kenapa dia menerima lamaran laki-laki itu. Menurutnya laki-laki itu baik, perhatian dan dewasa, tapi hati Tari Mbuku, sangat terbebani. Kadang-kadang menyukainya tapi lebih banyak hatinya protes kenapa dia harus menyukainya.Â
Dia sebetulnya mau memutuskannya tapi jika laki-laki itu sudah datang, dia tidak tega dan bingung. Dia merasa seperti kena guna-guna dari laki-laki itu. Masalah ini yang membuatnya stress sekarang dan sering tidak mau pulang ke kos dan bolos kuliah. Secara fisik, dia juga makin kurus sekarang kak." Â Â
Rangga Mone menyimak betul apa yang dikatakan oleh pacar sahabatnya itu, namun ia tidak sesegera mungkin menanggapinya. Oleh karena itu, pacar sahabatnya melanjutkan lagi ceriteranya tentang Tari Mbuku.
"Dia juga sangat takut kalau orang tuanya tahu bahwa dia pacaran dengan laki-laki itu. Karena laki-laki itu satu daerah dengan isteri kakaknya. Â Orang tuanya tidak suka terhadap isteri kakaknya karena sombong dan suka melawan. Sekarang perempuan itu sudah meninggalkan kakaknya, pulang ke kampung halamannya di pulau karang bagian timur. Saya kasihan dia kak. Kira-kira jalan keluar apa yang bisa kita bantu kak," Â kisah pacar sahabatnya ini panjang lebar.
"Bagaimana ya! Sebetulnya saya ini tidak pas jika dimintai pendapat tentang Tari Mbuku. Saya 'kan pernah suka dia. Bisa jadi masukan jalan keluar yang saya berikan sangat subyektif dan menambahkan masalah untuknya," tutur Rangga Mone memberi respon secara apa adanya.Â
"Masukan dari kakak, sebagai senior kami, sangat diharapkan. Karena sejujurnya dia itu suka sama kakak. Hanya masalahnya waktu kakak lamar dia, waktunya belum pas saja. Waktu itu 'kan dia belum dewasa, jadi masih malu untuk menerima cinta kakak. Soal ini bukan pendapat pribadi saya, tapi menurut dia sendiri kak," kata pacar sahabatnya.
Di kalangan mahasiswa-mahasiswi asal Nusa Sandalwood yang ada di Kota Pelajar, Rangga Mone memang cukup dewasa, mandiri, peduli kawan, dan dikagumi. Ia bisa kontrak rumah karena sudah punya rejeki tambahan dari kampusnya sebagai coas dan hasil menulis dari media massa cetak. Dengan mengontrak rumah, ia bisa mengajak unior-uniornya yang punya kendala biaya kos untuk tinggal bersamanya.
"Waduh, ini namanya mengajak saya masuk ke dalam pencobaan. Bisa-bisa saya berada di posisi orang ketiga, yang bakal merusak hubungan dia dan pacarnya. Akibatnya, bisa ruwet, dia bisa tambah bermasalah atau saya yang bermasalah," komentar Rangga Mone seadanya. Soalnya, Rangga Mone tidak suka mengail di air yang keruh.
"Saya yakin, kakak tidak akan menambah masalah untuk dia. Tapi justeru kakak akan menjadi solusi masalah yang dia hadapi," kata pacar sahabatnya, seperti sedang menyuntikkan energi baru kepada Rangga Mone.
"Kok bisa begitu sih! Bikin saya jadi malu saja nih! Dia bermasalah dalam cintanya, tapi saya lagi yang menjadi solusinya. Ini yang benar saja. Saya ini bukan siapa-siapa dia," balas Rangga Mone, seperti mulai terbawa perasaan kenangan masa lalunya, cintanya ditolak oleh Tari Mbuku.
"Mohon maaf kak, kalau saya membuat kakak tersinggung. Tapi di sini yang menjadi saudara kami 'kan kakak. Kalau kami ada masalah, siapa lagi yang akan bantu kami?" kata pacar sahabatnya, supaya Rangga Mone tidak tersinggung dan mengelak.
"Saya tidak tersinggung sama sekali. Hanya merasa tidak enak rasa saja," tutur Rangga Mone lembut. Ia sangat menyadari bahwa apa yang dikatakan pacar sahabatnya itu ada benarnya. Sebagai senior, ia harus mempunyai kewajiban moral untuk menjaga unior-uniornya, termasuk bisa membantu mereka jika sedang dalam masalah.
"Kalau kakak memang tidak tersinggung, tolong bantu dia. Mainlah ke kosnya sesegera mungkin," pinta pacar sahabatnya. Ini isyarat bahwa masalah yang dihadapi Tari Mbuku mendesak untuk diselesaikan.
"Kalau kamu ikut, saya pergi. Kalau saya sendiri, kayaknya  cukup berat. Apalagi saya tidak tahu kosnya," balas Rangga Mone.
Gara-gara inilah, Rangga Mone menyepakati waktu malam minggu yang ditawarkan pacar sahabatnya untuk main ke kos Tari Mbuku. Saat mereka mengunjungi Tari Mbuku itulah, mereka menjumpai Tari Mbuku sedang bersama pacarnya.
***** *****
Dalam perjalanan pulang di atas becak malam minggu itu, pacar sahabatnya seperti kikuk karena merasa bersalah kepada Rangga Mone. Apakah memang karena sudah dewasa atau supaya dianggap dewasa, Rangga Mone dengan nada suara tenang mengatakan, "Tak usah kamu merasa bersalah. Saya sendiri senang melihat mereka tadi sedang bahagia. Artinya, Tari Mbuku tidak ada masalah lagi. Mungkin dia sudah ikhlas menerima pacarnya apa adanya."
"Saya mohon maaf kak. Tidak seperti itu yang kita lihat tadi kak. Saya tahu betul tentang Tari Mbuku. Dia sahabat saya. Dia selalu lari dan sembunyi di kos saya. Ia terus menangis karena stress," Â kata pacar sahabatnya.
"Tak usah dijadikan beban. Biasa sajalah. Hidup itu memang begitu. Kadang-kadang stress dan kadang-kadang bahagia," timpal Rangga Mone, asal komentar saja.
Becak berhenti di depan kos pacar sahabatnya. Sahabatnya sedang berbaring di karpet kamar kos pacarnya. Setelah diajak masuk, Rangga Mone ikut berbaring di samping sahabatnya.
Di sini mereka ngobrol apa adanya tentang kunjungan mereka ke kos Tari Mbuku. Malam terus melaju, khawatir akan ditegur oleh ibu kos, Rangga Mone dan sahabatnya, segera pamit pulang.
***** *****
Tanpa sepengetahuan pacar sahabatnya, entah karena alasan sudah terlanjur basah mandi sekalian atau tertantang mau membuktikan kisah pacar sahabatnya kepadanya tentang keadaan Tari Mbuku atau sudah mulai bertunas kembali perasaan sukanya terhadap Tari Mbuku, suatu siang Rangga Mone mampir di kos Tari Mbuku. Ini merupakan kunjungannya yang kedua kalinya, setelah beberapa hari kunjungan pertama malam minggu itu bersama pacar sahabatnya.
Saat itu pintu kamar Tari Mbuku nyaris tertutup. Rangga Mone mengetuk pintu dan mengucapkan selamat siang. Dari balik pintu kamar ada balasan selamat siang dengan nada sangat kaget dan seperti baru turun dari tempat tidur.
Tari Mbuku sekilat mungkin membuka pintu. "Ayo masuk kak," kata Tari Mbuku dengan gemetar dan salah tingkah.
Rangga Mone, enggan masuk, karena ada laki-laki yang ditemuinya malam minggu itu yang masih sedang duduk di bimbir tempat tidur. Ia juga salah tingkah dan wajahnya kurang senang, karena mengganggu waktu kebersamaan mereka, saat sedang pacaran.
Tapi karena laki-laki itu juga basa-basi mengajak masuk, ya mau tidak mau, Rangga Mone masuk juga. Karena merasa tidak nyaman sama sekali, maka hanya sebentar saja Rangga Mone ada di kos Tari Mbuku. Ia buru-buru pamit.
"Mohon maaf kalau saya mengganggu. Saya sangat mengerti," kata Rangga Mone saat pamit.
Tari Mbuku dan laki-laki itu hanya saling melirik. Mereka masih sama-sama salah tingkah saat Rangga Mone angkat kaki.
Dalam perjalanan pulang, pikiran Rangga Mone agak kalut dan hatinya juga cukup gundah. Ada semacam perasaan kecewa karena merasa ditipu oleh pacar sahabatnya.
Rangga Mone tidak habis  pikir,  menurut pacar sahabatnya, Tari Mbuku sedang stress berat dan tidak suka dengan laki-laki itu. Tapi kenyataannya, Tari Mbuku sedang happy-happy saja pacaran dengan laki-laki itu. Pacaran di atas tempat tidur lagi.
"Kalau tidak cinta 'kan pasti dia jaga citranya. Tidak mungkin tutup pintu. Apalagi berdua di atas tempat tidur. Berdua di atas tempat tidur bersama lawan jenis, pacar lagi, coba mau ngapain? Omong kosong!" Â pikir Rangga Mone tidak habis-habisnya. Tapi hanya di dalam hatinya saja.
***** *****
Sejak peristiwa siang itu, Rangga Mone sudah memutuskan untuk tidak menggubris lagi tentang Tari Mbuku. Ia tidak mau bermain hati. Sebab sama dengan bermain bara api, bisa hangus terbakar.
Tapi tak dinyananya, suatu pagi, setelah seminggu lebih Rangga Mone main ke kos Tari Mbuku, pacar sahabatnya dan Tari Mbuku datang di rumah kontrakannya. Sebagai seorang kakak, Rangga Mone tidak menunjukkan sikap tidak bersahabat. Ia tampak gembira saja, walaupun hatinya sebetulnya tidak mengharapkan kehadiran mereka.
Sementara pacar sahabatnya dan Tari Mbuku sibuk memasak di dapur, untuk menghibur dirinya, Rangga Mone mengajak sahabatnya dan teman-temannya yang lain untuk main remi dengan hukuman gantung batu di telinga. Setelah hidangan sudah siap di meja makan, baru mereka berhenti main remi. Asyik memang makan bersama dalam nuansa kekeluargaan saat itu.
Saat Rangga Mone dan teman-temannya mau melanjutkan main remi, setelah santap siang itu, pacar sahabatnya membisikkan sesuatu ke kuping Rangga Mone. "Tari Mbuku mau omong pribadi, empat mata dengan kakak," kata pacar sahabatnya.
"Boleh ... boleh ... boleh," kata Rangga Mone.
Kemudian Rangga Mone mengajak Tari Mbuku ke kamarnya. Mereka duduk bersila di atas karpet plastik. Pintu kamar dibiarkan terbuka.
Dengan nada tanpa beban sama sekali, Rangga Mone mengatakan, "Mau omong apa? Silahkan Adi!"
"Begini kak. Saya sebetulnya suka sama kakak sejak lama. Tapi entah kenapa saya tidak berani jujur mengatakannya. Kasih waktu saya dulu untuk menyelesaikan masalah pribadi saya dengan laki-laki itu," tuturt Tari Mbuku agak gugup dan malu.
"Oya, boleh. Tapi kamu masalah apa dengan dia. Saya lihat kalian cocok. Mesra lagi. Lalu masalahnya apa?" balas Rangga Mone sekenanya. Dalam hati, Rangga Mone bergumam, "memangnya saya sedang lamar dia kok!"
"Tidak seperti itu yang kakak lihat. Saya hanya tidak tega saja omong ke dia. Soalnya dia baik," kilah Tari Mbuku.
"Kalau begitu, kamu harus jujur pada dirimu sendiri dan jujur juga terhadapnya. Hanya dengan cara ini kamu terlepas dari beban yang membelenggumu dan dia juga tidak mengharapkan lebih dari sikapmu yang ambigu," kata Rangga Mone menasehati tanpa ragu sedikitpun. Karena Rangga Mone juga tidak sedang berpikir untuk segera mendulang hati yang sedang bermasalah dari Tari Mbuku.
"Baik, terima kasih kak atas supportnya," balas Tari Mbuku. Tampak wajah Tari Mbuku terliputi kegembiraan. Mungkinkah beban cintanya mulai berkurang? Atau dia mulai melihat masa depan cintanya yang bakal indah. Entahlah!
Sore hari baru pacar sahabatnya dan Tari Mbuku pamit pulang. Rangga Mone dan sahabatnya menemani sampai mereka duduk manis di atas becak.
Tambolaka, 23 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H