"Boleh ... boleh ... boleh," kata Rangga Mone.
Kemudian Rangga Mone mengajak Tari Mbuku ke kamarnya. Mereka duduk bersila di atas karpet plastik. Pintu kamar dibiarkan terbuka.
Dengan nada tanpa beban sama sekali, Rangga Mone mengatakan, "Mau omong apa? Silahkan Adi!"
"Begini kak. Saya sebetulnya suka sama kakak sejak lama. Tapi entah kenapa saya tidak berani jujur mengatakannya. Kasih waktu saya dulu untuk menyelesaikan masalah pribadi saya dengan laki-laki itu," tuturt Tari Mbuku agak gugup dan malu.
"Oya, boleh. Tapi kamu masalah apa dengan dia. Saya lihat kalian cocok. Mesra lagi. Lalu masalahnya apa?" balas Rangga Mone sekenanya. Dalam hati, Rangga Mone bergumam, "memangnya saya sedang lamar dia kok!"
"Tidak seperti itu yang kakak lihat. Saya hanya tidak tega saja omong ke dia. Soalnya dia baik," kilah Tari Mbuku.
"Kalau begitu, kamu harus jujur pada dirimu sendiri dan jujur juga terhadapnya. Hanya dengan cara ini kamu terlepas dari beban yang membelenggumu dan dia juga tidak mengharapkan lebih dari sikapmu yang ambigu," kata Rangga Mone menasehati tanpa ragu sedikitpun. Karena Rangga Mone juga tidak sedang berpikir untuk segera mendulang hati yang sedang bermasalah dari Tari Mbuku.
"Baik, terima kasih kak atas supportnya," balas Tari Mbuku. Tampak wajah Tari Mbuku terliputi kegembiraan. Mungkinkah beban cintanya mulai berkurang? Atau dia mulai melihat masa depan cintanya yang bakal indah. Entahlah!
Sore hari baru pacar sahabatnya dan Tari Mbuku pamit pulang. Rangga Mone dan sahabatnya menemani sampai mereka duduk manis di atas becak.
Tambolaka, 23 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H