Baik SMA tempat Rangga Mone dan teman-temannya sekolah maupun SPG dan SMP katolik lainnya di daerah itu, diperlengkapi pula dengan asrama oleh keuskupan. Ada asrama khusus laki-laki di bawah bimbingan pastor dan ada asrama putri di bawah bimbingan suster. Asrama-asrama ini ada yang bersifat "jaminan" dan ada juga yang bersifat "berdikari".
Asrama jaminan menyediakan seluruh kebutuhan siswa-siswi, kecuali pakaian, sabun, bantal dan tikar. Orang tua mereka tinggal membayar biaya yang ditetapkan oleh asrama. Sedangkan asrama berdikari hanya menyediakan fasilitas tempat tidur saja, tanpa bantal dan tikar. Semua kebutuhan siswa-siswi diurus sendiri oleh siswa-siswi yang bersangkutan.
Asrama bukit pewarta injil, tempat tinggal Rangga Mone dan teman-temannya bersifat jaminan dan semi seminari. Aktivitas di asrama ini mirip-mirip komunitas seminari menengah. Semuanya terjadwal dengan teratur dan wajib dilaksanakan secara disiplin.
Sebagai asrama semi seminari, maka di tempat ini selalu ada bimbingan atau pembinaan rohani secara kontinyu dan intensif, seperti doa, misa, baca kitab suci, latihan ajuda, retret dan sesekali ziarah rohani. Tujuannya jelas, untuk meningkatkan kualitas iman dan dengan harapan supaya bisa muncul calon-calon frater dan pastor dari asrama. Faktanya, memang sudah cukup banyak pastor yang pernah tinggal di asrama ini.
Di samping itu, di asrama ini juga dibimbing untuk latihan musik, diskusi melalui forum konferensi, berbahasa inggris, bertani, beternak, berorganisasi dan olah raga seperti tenis meja, sepak bola, bola volli dan bulu tangkis.
*****
Suatu siang, beberapa hari kemudian setelah beredar kabar di ruang makan asrama, tibalah siswa-siswa calon siswa baru SMA dan sekaligus calon penghuni baru asrama. Beberapa diantaranya adalah adik kelas Rangga Mone di SMP-nya. Dari mereka inilah, Rangga Mone memperoleh informasi pasti bahwa gadis pujaan hatinya sudah hadir juga di kota timur bumi Sandalwood.
"Teman, sebentar sore saya mau ke asrama putri. Â Apakah kamu tidak ingin ikut?" kata Rehi Bula dalam nada tanya kepada Rangga Mone saat mereka mau istirahat siang.
"Ada apa di sana sahabat?" jawab Rangga Mone sekenanya saja. Sesungguhnya ia paham maksud Rehi Bula, hanya sekadar menggodanya saja.
"Ada kiriman dari orang tua saya. Mereka kirim melalui Tari Mbuku," kata Rehi Bula.
"Mudah-mudahan om dan tante kirim daging. Jangan lama-lama di sana ya. Supaya sebentar malam kita bisa makan enak," komentar Rangga Mone.