(Ceritera yang saya sajikan ini semata-mata fiksi. Nama yang ada di dalamnya juga bukan nama sebenarnya. Hanya saya kurang yakin apakah cocok cerpen atau tidak. Tapi pastinya sebuah cerita.)
***** Â Â
Suatu malam saat sedang di ruang belajar, kami melihat teman kami sedang ngelamun dan cemas. Tidak seperti biasanya, ia paling tekun belajar dan wajar jika menjadi bintang pelajar di sekolah kami.
Kendati kami sebetulnya prihatin kepadanya, namun tidak ada seorang pun di antara kami yang berani bergerak dari tempat duduk kami untuk menghampiri dan menanyakan kondisinya. Karena aturan di asrama tempat tinggal kami, khusus untuk anak-anak laki-laki remaja siswa SMP setempat, tidak membolehkan. Wajib disiplin saat sedang di ruang belajar. Jika ada yang kedapatan mondar-mandir di ruang belajar, maka akan dihukum "berlutut sambil belajar" oleh Bapak Asrama. Mati kutu, bukan?
Malam berlalu tiada terasa dan kami menghampiri pagi yang indah dengan penuh ceria. Namun teman kami yang satu itu masih saja belum bergairah. Semacam kehilangan semangat untuk beranjak ke sekolah.
*****
"Stand up please. Good morning, teacher," sapa kami kepada ibu guru yang sedang memasuki pintu ruangan kelas kami.
"Good morning too," balas ibu guru. Matanya mengawasi seluruh ruangan. Ia menuju meja Rangga Mone.
"Kenapa kamu tidak semangat? Apa kamu sedang sakit?" tanya ibu guru wali kelas III itu.
"Tidak apa-apa bu. Hanya kurang enak badan saja," jawab Rangga Mone.
"Baiklah, kalau begitu," kata ibu guru itu, kemudian menuju ke meja guru untuk memulai mengajar.