Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dan Terjadi Lagi... Pelecehan Seksual terhadap Ojol

21 Agustus 2024   04:53 Diperbarui: 21 Agustus 2024   04:58 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler


(Tidak bisa muat foto, Google Chrome dan Opera Mini berhenti)


Laporan ke aplikasi Gojek terkait
pelecehan seksual dari customer


PELECEHAN Seksual bisa menimpa siapa saja. Baik wanita maupun pria.

Dapat terjadi di mana saja dan kapan pun. Juga terkait profesi.

Baik yang kerja di kantoran, pabrik, restoran, hiburan, dunia malam, hingga pemerintahan. Pun demikian dengan pekerja lepas seperti ojek online (ojol) atau kurir paket.

Teranyar, dialami saya. Ini bukan yang pertama.

Melainkan, sudah berulang kali sejak saya jadi ojol pada 2019 silam (https://www.instagram.com/p/CHV-PwNLo_2/?igsh=MXYzdm92czM3bXFkMw==). Pelakunya, tentu pria juga.

Padahal, saya pun laki-laki.

Aneh.

Mau bingung, tapi ya ini bisa terjadi terhadap siapa saja.

*       *       *

MALAM itu, cuaca sangat cerah. Usai mengantarkan paket dari kawasan Margonda, Depok ke Tebet, Jakarta Selatan, saya pun singgah sejenak di SPBU Jalan Rasuna Said.

Tujuannya, jelas. Isi bensin.

Sembari melempangkan kaki yang lumayan pegal akibat perjalanan hampir 22 km yang menempuh durasi setengah jam. Tak lupa, memesan kopi hitam di seberang Stasiun LRT Kuningan untuk menghilangkan kantuk.

Usai istirahat dan cuci muka di SPBU yang toiletnya benar-benar gratis, saya pun bergegas kembali ke barat. Bukan untuk mencari kitab suci bersama Sun Go Kong, Ciu Patkai, dan rombongan lainnya.

Melainkan, untuk pulang mengingat saat itu jelang pergantian hari. Hanya, saat lewat Jalan Satrio, hp saya berbunyi tanda orderan masuk.

Jemputnya di club seberang Ciputra World. Tujuannya, tempat hiburan di Pancoran dengan jarak kurang dari 4 km.

Dekat ini mah.

Saya pun siap ambil orderan itu.

Beda cerita kalo jaraknya jauh. Misal, ke Bekasi, Cilincing, atau Depok (lagi).

Pasti saya cancel.

Secara, sudah lelah setelah bermacet ria sejak siang.

Diiringi hiburan melihat keramaian di media sosial terkait Pilkada dan selingkuhnya selebgram.

Ha... Ha... Ha... Ga penting amat tuh berita. Namun, ga dilihat juga tetap berseliweran di timeline.

Jangan-jangan, konspirasi? Pengalihan isu Keputusan Mahkamah Keluarga eh, Mahkamah Konstitusi?

Entahlah.

Hidup saya udah terlalu berat, ogah ditambah dengan drama picisan tersebut.

Lanjut...

*       *       *

CUSTOMER ini pria. Masih muda. Usia ga jauh beda.

Tampak normal. Ga ada yang aneh.

Cuma, ogah pake helm dan minta buru-buru aja. Ga masalah. Tancap gas

Namun, pas masuk Jalan Guru Mughni, ketika motor yang saya lajukan standar, kok tangannya memegang erat pinggang saya. Ga lama, meluk.

Anjir.

Dan, terjadi lagi...

"Bro, tangan lo lepas," ujar saya dengan nada sopan.

"Iya, bang," customer itu menjawab sambil ketawa.

Lanjut.

Jelang pertigaan Mughni-Jalan Perintis arah Mega Kuningan, kembali penumpang itu tangannya hendak memeluk. Saya rem mendadak.

Kebetulan, saat itu jalanan sepi. Saya pinggirkan motor.

"Bro, tangan lo diam ya. Sekali lagi, tangan lo 'piknik', gw hajar!" saya memberi ultimatum.

Setelah peringatan di awal dengan sopan ga mempan, ya terpaksa dikeraskan. Kalo ga, nantinya bisa ngelunjak.

"Iya, bang. Maaf ya. Ga lagi," penumpang itu mengungkapkan.

"Inget ya, kalo lo 'gerilya' lagi, bukan mulut gw yang bicara. Namun, ini," saya menunjukkan kepalan tangan yang siap untuk digunakan sebagai mestinya.

"I... Iya, bang. Maaf ya. Sekali lagi, maaf."

...

Customer itu kembali mengucapkan maaf ketika sudah di lokasi. Saya bilang, jangan diulangin lagi saat naik ojol. Bisa fatal.

Mending kalo ojolnya sabar, seperti saya. Kalo ojolnya temperamental? Bisa dihajar sampai babak belur!

Customer itu pun mengangguk. Masuk ke lokasi dengan tertunduk.

Saya?

Tentu, masih kesal. Namun, ya berusaha untuk kepala dingin.

Secara, ga bagus juga mengedepankan emosi. Bisa panjang urusannya.

Kendati, ini bukan yang pertama. Entah sudah berapa kali saya jadi korban.

Contohnya, pada 9 November 2020 silam. Saat masih pandemi. Hanya, pelecehan seksual ga mandang waktu.

Saat itu saya sudah lapor ke Gojek yang merupakan mitra aplikasi. Namun, ya begitu.

Tadi pun, tak lama usai kejadian, saya lapor lewat fitur di aplikasi. Hanya, jawaban Gojek sekadar formalitas.

Sejauh ini ga pernah ada tindak lanjut dari laporan yang saya lakukan. Makanya, kadang malas juga.

Beda situasi kalo customer yang jadi korban. Gojek atau aplikasi lain pasti gercep.

Alias, gerak cepat mem-PM (putus mitra) ojolnya. Gini amat nasib jadi mitra rasa karyawan? :)

*       *       *

KAMUS Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring mengartikan pelecehan seksual sebagai, "pelanggaran batasan seksual orang lain atau norma perilaku seksual".

Saya masih bingung dengan maksudnya. Meski, saya paham "memeluk" -meski dari sesama pria- pun masuk dalam ranah pelecehan seksual.

Tentu, sebelum membuat artikel ini saya cari informasi lebih dulu. Supaya, tidak bias dan malah jadi fitnah.

Bisa dipahami mengingat dalam laman resmi Kemdikbud, agak rancu.

Saya pun, googling lagi. Kali ini ditambahi kata kunci, "Apakah memeluk termasuk pelecehan?".

Hasilnya, ketemu. Hukumonline menulis, terkait kontak fisik.

Bahkan, laman Indonesia Baik yang dikelola Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, menulis dengan gamblang. Dalam artikelnya "21 Bentuk Kekerasan Seksual yang Dilarang!" memeluk ada di nomor 12.

*       *       *

TERNYATA, banyak ojol yang jadi korban pelecehan seksual. Itu yang saya dapat saat berselancar di google.

Pelakunya? Pria juga!

Benar-benar aneh.

Hanya, tidak semua mau bersuara. Alasannya malu.

Ribet kalo dipanggil ke kantor aplikasi. Mayoritas bilang, mending nyari duit daripada buang-buang waktu ngurusin gituan.

Maklum, customer selalu dibenarkan aplikasi. Ojol di mata mereka selalu salah.

Bahkan, ada yang menghindar. Toh, ngegebukin customer pelaku pelecehan seksual malah nanti berujung pidana.

Itu yang saya baca saat buka puluhan grup WA dan FB.

Ga salah juga sih. Saya aja tadi lapor aplikator tanggapannya normatif.

Namun, sebagai blogger, tentu saya harus menyuarakan lewat tulisan. Apalagi, ini sudah berulang.

Apakah nanti ada tindak lanjut atau tidak dari aplikasi, itu soal lain.

Setidaknya, tetap berusaha hingga saat ini.***

*       *       *

Kasih bintang 1!

*       *       *

Rating customer jelek banget,
4,48 dari 124 order
sepertinya diduga sering melakukan
pelecehan kepada ojol lain

*       *       *

Tanggapan pihak Gojek
yang sayangnya terlalu
normatif dan tidak ada solusi

*       *       *

- Jakarta, 21 Agustus 2024

Referensi:

- https://paudpedia.kemdikbud.go.id/berita/jenis-jenis-kekerasan-seksual?do=MTk1MC1mMjE0NGYwNw==&ix=NDctNGJkMWM0YjQ=#:~:text=Fisik%3A%20tindakan%2Dtindakan%20yang%20melibatkan,tanpa%20izin%20atau%20keinginan%20korban.

- https://www.hukumonline.com/klinik/a/apakah-memandang-termasuk-pelecehan-seksual--lt4ecccd3905227/

- https://indonesiabaik.id/infografis/21-bentuk-kekerasan-seksual-yang-dilarang

*       *       *

Artikel terkait:

- https://www.kompasiana.com/roelly87/550dee86813311852cbc6101/waspadai-pelecehan-seksual-bagi-perempuan-saat-mengendarai-motor

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun