Anjir.
Dan, terjadi lagi...
"Bro, tangan lo lepas," ujar saya dengan nada sopan.
"Iya, bang," customer itu menjawab sambil ketawa.
Lanjut.
Jelang pertigaan Mughni-Jalan Perintis arah Mega Kuningan, kembali penumpang itu tangannya hendak memeluk. Saya rem mendadak.
Kebetulan, saat itu jalanan sepi. Saya pinggirkan motor.
"Bro, tangan lo diam ya. Sekali lagi, tangan lo 'piknik', gw hajar!" saya memberi ultimatum.
Setelah peringatan di awal dengan sopan ga mempan, ya terpaksa dikeraskan. Kalo ga, nantinya bisa ngelunjak.
"Iya, bang. Maaf ya. Ga lagi," penumpang itu mengungkapkan.
"Inget ya, kalo lo 'gerilya' lagi, bukan mulut gw yang bicara. Namun, ini," saya menunjukkan kepalan tangan yang siap untuk digunakan sebagai mestinya.