Saya datang, tidak ada siapa-siapa.
Namun, ketika sudah memundurkan motor dan siap narik gas, dihampiri kang parkir liar dengan meminta Rp 2.000. Najis banget.
Saya ga mau bayar. Dan, sumpah demi Tuhan, selama ini ga pernah mau bayar.
Daripada kasih uang kepada kang parkir liar, lebih baik dimasukkan ke kotak amal atau kepada anak yatim piatu. Lebih bermanfaat.
Bahkan, selama ini saya rela salam olahraga ketimbang kasih kang parkir liar. Tua, muda, hantam duluan, baru bicara.
Percuma Tuhan mencipitakan dua tangan dan kaki kalau tidak dipergunakan sebagai mestinya.
Mungkin, di antara pembaca blog ini ada yang komentar sinis. Menganggap saya pelit.
Bodo amat.
Bagi saya, profesi kang parkir liar adalah manusia paling hina setelah pejabat koruptor.
Bahkan, saya bandingkan dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) dan Gigolo yang kerap dapat stigma negatif di mata masyarakat. Mereka jauh lebih mulia ketimbang kang parkir liar.
Kenapa?