MENYANTAP gorengan yang berisi tempe, tahu isi, dan bala-bala merupakan kenikmatan sebagai cemilan ringan. Ditambah cengek yang hijaunya menggoda membuat suasana siang itu sangat syahdu.
Kriuk gorengan yang diselipkan beberapa cengek merupakan surga dunia. Ya, cukup dengan Rp 10.000 per bungkus dengan isinya macam-macam, kita bisa menikmati cemilan ringan yang sukses membuat mata melek.
Maklum, perpaduan tempe goreng, tahu isi, bala-bala, dan cabe rawit kecil nan menggoda, cukup membuat saya terjaga dari lelah serta kantuk usai seharian membelah jalanan ibu kota sebagai ojek online (ojol).
Tak lupa, plastik berisi es tebu untuk menangkal pedas yang membuat suasana bersandar di emperan ruko kosong Taman Palem, Jakarta Barat, jadi lebih berwarna.
Tak lama, dari arah jam tiga, datang rekan ojol yang kemungkinan juga ikut ngadem. Kami pun bersalaman seperti biasa.
Usai saling menawarkan makanan masing-masing, dia sibuk menuang gelas plastik berisi kopi hitam sambil membuka hp. Saya juga tenggelam bersama cengek dan sepotong bala-bala.
"Makin rame aja ya soal Pati, ngab," ujar rekan ojol itu membuka percakapan.
Btw, 'ngab' merupakan anagram dari bang yang merupakan panggilan akrab sesama pria. Setara dengan bro, mas, brader, aa, kang, om, dan pak.
"Iya, bro," jawab saya singkat disela-sela gigitan terakhir tahu isi.
"Sadis juga ya, warga sono. Katanya, satu kampung isinya penadah gituan."
"Kasihan korban yang ga bersalah. Yang pasti, main hakim sendiri ga bisa dibenarkan."