Pasalnya, mereka hanya mau membukakan jalan untuk mobil yang memberinya uang. Bisa seribu atau Rp 2.000.
Anda perhatikan baik-baik. Jika Anda bawa mobil pribadi hendak putar balik, lalu jendela diturunkan, dan tangan menyelipkan uang, dari jauh Pak Ogah sudah bisa melihatnya.
Mobil Anda langsung dikasih lewat dengan menghentikan kendaraan lain. Mereka tidak peduli dari arah berlawanan atau belakangnya jadi terhambat karena harus menunggu. Termasuk sepeda motor, angkot, dan taksi yang tidak dilirik mereka sama sekali.
Itu jika Anda memberinya seribu atau Rp 2.000. Bagaimana jika selembar Rp 5.000?
Tentu, Anda akan dipersilakan Pak Ogah dengan sigap layaknya diberi karpet merah. Termasuk, mereka akan mengucapkan terima kasih dengan rasa syukur. Anjing!
Lalu, jika Anda memberi selembar Rp 10.000, Pak Ogah itu bisa-bisa sujud kepada Anda. Bahkan, jika Anda membuat agama baru, hingga jadi Tuhan sekalipun, Pak Ogah bakal rela jadi hambanya.
Saking bersyukurnya mereka diberi uang ceban. Bener-bener manusia bangsat!
Hasil duitnya mereka? Kalo ga dipake buat judi, main sloth, mabuk, nyabu, hingga ngewe alias Open BO!
Sementara, 10 tahun lalu, saya catat bahwa, mereka rata-rata sehari mendapatkan penghasilan kotor Rp 100.000 - Rp 250.000.
Jumlah yang menggiurkan untuk mereka yang hanya bermodalkan "tangan di atas" dengan berdiri di tengah jalan tanpa harus memeras keringat apalagi otak. Bahkan, jika Pak Ogah itu remaja tanggung, kebanyakan uang sebesar itu dipakai untuk hal yang negatif.
Mulai dari membeli narkoba, mabok-mabokan, hingga pelesiran ke lokalisasi. Ironis, tapi faktanya yang saya dapat memang seperti itu.