Nah, lho. Kenapa polisi yang disalahkan?
Ya, sebab mengatasi keberadaan Pak Ogah ini memang tugasnya. Kalau Satpol PP, mana berani.
Begitu juga dengan Dishub. Yang dikejar cuma taksi konvensional dan taksi online yang parkir di pinggir jalan.
Jika mobil pejabat ikutan parkir, Dishub ini kayak ketakutan. Contoh, di Jalan Gunawarman, Senopati, Suryo, Kemang, dan sebagainya.
Tentu, untuk mengatasi keberadaan Pak Ogah ini, polisi harus kolaborasi dengan pemerintah daerah, Sat Pol PP, dan Dinas Perhubungan.
Itu juga kalo mereka pada mau kerja beneran. Jika tidak, saya lebih percaya Hitl*r meninggal di Garut.
* Â Â Â * Â Â Â *
BTW, mungkin Anda bertanya-tanya. Apa sih, kesalahan Pak Ogah hingga dibuatkan artikel ini secara khusus?
Salah besar menyebut Pak Ogah ikut mengatur lalu lintas di putaran balik, persimpangan, atau pertigaan. Itu bukan tugasnya. Titik!
Saya pernah mengulasnya 10 tahun silam pada artikel https://www.kompasiana.com/roelly87/54f71562a3331100258b4893/mengusir-pak-ogah-solusi-atau-benci?page=all.
Mereka seolah jadi pahlawan bagi kendaraan yang ingin berputar. Namun, jika Anda sadari, justru Pak Ogah ini yang bikin macet.