Caci maki saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar dan berpijar
Seperti dulu kala
Dan... Bukan maksudku, bukan inginku
Melukaimu sadarkah kau di sini ku pun terluka
Melupakanmu... Menepikanmu
Maafkan aku...
* Â Â Â * *
Kabar adanya "kawan" yang mengantar jemput Alena seketika merebak di antero kantor. Tentu, rekan-rekan yang lain sempat heran dan banyak bertanya. Terutama kepada diriku yang selama ini dekat dengan Alena. Saat ini, aku merupakan sasaran empuk. Banyak yang mengatakan, pria itu merupakan pacar Alena, cowok, TTM, HTS, dan sebagainya. Tak sedikit pula yang menyebut selama ini diriku hanya jadi korban PHP dari Alena!
Toh, meski kecewa. aku berusaha tidak ambil pusing. Lantaran, niat awalku ke Jakarta untuk bekerja. Untuk itu, aku tidak terlalu perduli ketika banyak yang mengatakan kapan aku pacaran, kapan nikah, kapan kawin, dan lain-lain. Aku fokus kerja dulu, setelah cukup baru memikirkan rencana masa depan. Step by step.
Besok, Kamis, 26 Maret 2015, tepat seperempat abad lalu diriku hadir di muka bumi. Tidak seperti biasanya, karena tak ada ucapan selamat dari Alena. Ya, dalam tiga tahun terakhir, hanya dia yang rutin mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku dengan membuat gaduh kamar hingga sempat ditegur engkong Sabeni, pemilik kost ini. Lantaran, diriku enggan untuk gembar-gembor tanggal lahir kepada rekan-rekan di kantor atau kostan karena tidak mau dikerjai untuk diceplok telor. Begitu juga di jejaring sosial seperti facebook yang pengaturan tanggal lahir kubuat hanya only me.
Hingga, setelah pulang dari kantor yang sudah larut. aku bersandar di beranda kamar kost yang terletak di lantai dua. Hanya ada bintang yang kerlap-kerlip diiringi sesekali suara kendaraan bermotor yang lewat. Hening dan hanya ditemani dua lembar koran nasional dan olahraga. Tanpa sadar, aku melirik arloji di tangan kiriku yang sudah menunjukkan pukul 01.35 WIB.
Pukul 00 WIB lewat beberapa menit, mandeh dan apak, serta beberapa keluarga lainnya telah mengucapkan selamat ulang tahun melalui pesan singkat. Suatu anugerah bagiku karena, meski terpisah jauh, mereka tetap mengingatnya. Hanya, dari lubuk hatiku justru memikirkan dirinya. Tapi, sudahlah, aku mencoba untuk melangkah ke depan. Toh, bagaimanapun, aku selama ini menganggap dirinya sebagai sahabat sekaligus partner kerja.
Perlahan, aku beringsut menuju kamar yang seketika menjadi gelap meski seingatku tadi sudah menyalakan lampu sebelum ke lantai dua.
"Selamat ulang tahun Dra!" ujar Alena yang mengagetkanku karena sudah berada di belakang pintu sambil menekan saklar.
"Hei, sejak kapan kamu ada di sini?"