Mohon tunggu...
BANG_FTH
BANG_FTH Mohon Tunggu... -

Bersyukur boleh, riya sih jangan. Dosen Pencari Cinta Sejati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diam dalam Lamunan

14 Desember 2017   08:39 Diperbarui: 14 Desember 2017   10:59 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat melihatnya dari kejauhan

Aku selalu bertanya dalam hati

Tidakkah dia merasa kesepian?

 

Seorang diri membelah lautan hitam pekat yang coba ia ramaikan dengan petromaksnya

Laut di malam hari yang menciutkan nyali siapapun yang membayangkannya

Laut yang membuatmu rikuh dengan suara detak jantungmu sendiri karena sunyi senyapnya

Laut yang membuatmu awas dan waspada dengan tarian gelombangnya

 

Apa yang ia pikirkan selagi menebar jala di tengah sana? Apa yang ia rasakan?

Takutkah? Bersemangat? Sedih? Atau malah gembira?

Aku tak bisa mengatakannya dari raut wajahnya

Tak terlihat sebersit emosi yang bisa aku baca dengan jelas

 

Alih-alih bertanya padanya, aku bertanya pada diriku sendiri

Takutkah aku? Adakah semangatku? Tenggelamkah aku dalam kesedihan?

Sedangkan dia yang selalu aku kagumi sama sekali tak menunjukkan kesemuanya

Hanya buncahan emosi tak jelas yang bergemuruh saat ini

 

Apa yang ia lakukan saat semua orang tak ada lagi yang menggantungkan diri di laut?

Apa yang ia lakukan di kesendiriannya?

Apa yang ia harapkan dari ikan-ikan kecil yang tak seberapa harganya?

Ingin rasanya aku menepuk bahunya untuk menyatakan ‘aku turut merasakannya’

 

Tapi aku tak benar-benar merasakannya, maka aku urungkan niatku

Ingin rasanya aku menampar masa laluku

Aku hanya berdiri menatapnya dari kejauhan hingga ia mendekat ke tepian

Dan membiarkan cemoohan terhadapnya jadi makanan telingaku sehari-hari

Tanpa diriku bergeming, sekedar menatap sinis pun tidak

 

Dan sekarang ketika aku merasakan sedikit perasaannya selama ini

Aku tak tahu harus menyapanya bagaimana

Maafkan aku yang tak tahu cara berdiri untukmu

Biarkan aku tenggelam bersama kesendirianmu, agar kau tahu kau tidak sendiri

Agar yang tidak kau tahu, menua bersamamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun