Mohon tunggu...
Rochman Hadi Mustofa
Rochman Hadi Mustofa Mohon Tunggu... Human Resources - Educator

Tertarik pada dunia Pendidikan dan Ekonomi. Berbagi pemikiran layaknya diskusi. Boleh setuju boleh tidak.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Venezuela, Negara Surga Minyak dengan Hiperinflasi Terparah

8 Agustus 2019   20:06 Diperbarui: 9 Agustus 2019   12:22 15896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hyperinflasi, untuk membeli satu roll tisu harus ditebus jutaan Bolivar| Sumber: americaretail.com

PDVSA, Perusahaan Tambang asing yang dinasionalisasi oleh Venezuela| Sumber: berita.baca.co.id
PDVSA, Perusahaan Tambang asing yang dinasionalisasi oleh Venezuela| Sumber: berita.baca.co.id

Lambat laun, Venezuela seperti sedang membangun sistem paralel layaknya gedung bertingkat dengan minyak sebagai fondasinya. Mengabaikan dibentuknya institusi-institusi dan kementerian untuk menangani dan menopang bidang lainnya.

Ketergantungan Venezuela terhadap ekspor minyak sangat besar, bahkan pada tahun 2012 ekspor negara didominasi oleh minyak sebesar 95%. Harga minyak dunia saat itu sedang tinggi-tingginya sehingga pemerintah Venezuela percaya diri dengan "sistem ekonomi minyak" negaranya.

Setelah Chavez wafat pada 2013, ia digantikan oleh Maduro. Malangnya, pada tahun 2014 dan seterusnya harga minyak dunia mulai menurun. Kondisi ini menyebabkan perekonomian Venezuela mulai goyang. 

Kelangkaan yang terjadi di Venezuela terjadi hampir menyeluruh| Sumber: notmerica.com
Kelangkaan yang terjadi di Venezuela terjadi hampir menyeluruh| Sumber: notmerica.com

Ekonomi yang sebagian besar ditopang oleh minyak mulai kehilangan keseimbangannya, utang-utang yang sebelumnya dibayar dengan uang jualan minyak menjadi tidak terbayarkan. 

Ketergantungan Venezuela terhadap impor semakin memperparah situasi, karena saat impor barang yang berlaku adalah kurs valuta asing sedangkan nilai mata uang Bolivar semakin melemah. Keterbatasan impor kebutuhan pokok menyebabkan kelangkaan dan berujung pada naiknya harga. 

Kenaikan harga kebutuhan pokok pada akhirnya menaikkan harga seluruh barang yang ada di Venezuela dan terciptalah hyperinflasi. Merespons hal itu, pemerintah Venezuela justru semakin banyak mencetak uang untuk menaikkan gaji pegawainya. Tentu saja hal ini justru menaikkan hyperinflasi yang sudah terjadi bukannya memperkaya rakyatnya.

Ilustrasi hyperinflasi, untuk membeli satu roll tisu harus ditebus jutaan Bolivar| Sumber: americaretail.com
Ilustrasi hyperinflasi, untuk membeli satu roll tisu harus ditebus jutaan Bolivar| Sumber: americaretail.com

Berbagai sumber berita mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di Venezuela sangatlah sulit sehingga banyak yang merangkap pekerjaan lebih dari satu profesi. 

Disamping itu, nilai mata uang Bolivar juga tidak stabil. Masyarakat Venezuela lebih memilih segera membelanjakan uangnya dengan barang lain karena lebih aman dalam menyimpan nilai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun