Siapa yang diam-diam menaruh rindu Â
di atas lukaku yang belum lama kering? Â
Ia bersembunyi di sela-sela sunyi, Â
menitipkan pesan yang tak pernah terucap, Â
seperti angin malam menyelinap Â
melewati celah-celah mimpi.
Luka ini belum sempat ku bungkus rapat, Â
belum tuntas ku bisikkan kepada waktu, Â
namun ia telah basah kembali, Â
oleh tetesan rindu yang entah dari mana datangnya. Â
Rindu yang menempel diam-diam, Â
seperti embun di dedaunan pagi, Â
menitipkan pesan yang hanya bisa ku rasa.
Apakah rindu ini milikmu? Â
Atau mungkin milikku, Â
yang lupa ku titipkan pada malam Â
saat bintang-bintang diam tak bicara?
Siapa yang menaruh rindu Â
di atas lukaku yang belum lama kering? Â
Rindu yang menetes pelan, Â
membasahi perih yang baru saja ingin ku lupakan. Â
Apakah ini cara rindu bekerja, Â
menghidupkan kembali luka yang seharusnya Â
telah hilang dalam ingatan?