Di kos temannya itu, ia bisa sampai tiga hari untuk menumpang tidur. Temannya dirasa Surya tidak merasa keberatan, karena ada "barter" dengan tugas-tuga kuliah.
Untuk makan, ia beli sendiri, walau sesekali mentraktir teman kosnya itu. Hitung-hitung balas budi, pikirnya.
Gejala lain bahwa keuangan sang ayah sedang tidak baik-baik saja juga ditandai permintaan sang ayah kepada Surya untuk mencicil uang kuliah. Sang ayah menyampaikan itu ketika semester dua telah berakhir.
*
Surya, mau tidak mau harus cuti.
Ia mulai mengurus cutinya ke kampus. Berat rasa dirinya ketika ingin ke kampus itu untuk mengurus cuti. Sebab ia terbilang baru saja kuliah.
Namun, ia harus menerima kenyataan ini. Kenyataan yang tidak diduga sebelumnya. Cuti kuliah boleh jadi adalah hal terbaik untuk ke depannya, pikirnya positif.
Bagi Surya, cuti kuliah bukanlah akhir dari kehidupan. Banyak orang di luar sana yang satu nasib dengannya. Tapi ada yang mampu meneruskan, ada yang tidak. Itu pilihan sekaligus kemampuan.
Bersabar adalah kunci untuk tetap memperjuangkan cita-citanya: lulus kuliah dan bekerja.
Di masa cuti kuliah, ia mencoba melamar pekerjaan seperti teman-temannya. Surya mulai mengurus berkas-berkas yang dibutuhkan. Berkas SMA.
Ia cari-cari lowongan di mana pun. Baik itu dari mulut ke mulut, media massa, maupun di internet (web lowongan).