"Kalau kamu merasa tersaingi, jangan begitu mestinya. Malu," Ara diingatkan.
Teman-teman yang tidak tahu apa yang diucapkan Pak Budi, penasaran. Mereka berbisik-bisik kepada teman sebangkunya. Guru Bahasa Indonesia itu menegur.
Di kelas sebelah, ada Devi, pun demikian. Diperingati sama seperti Ara.
Devi diperingati oleh guru matematika, Sulaiman.
Kata dia, mestinya Devi dengan jangan seperti itu lagi. Tidak baik. Kalau memang mau saingan, saingan lah secara sehat. Tidak perlu adu fisik yang akhirnya menjadi keributan di sekolah.
Guru-guru yang masuk ke kelas mereka hampir mengirim pesan berupa peringatan yang sama kepada keduanya. Mereka tidak mau kejadian itu terulang kembali. Khawatir bikin malu sekolah. Maklum, sekolah Arad an Devi ini adalah salah satu sekolah swasta favorit di Jakarta, bahkan di Indonesia. Jadi, rasanya tak pantas jika ada keributan yang meributkan hal-hal sepele.
Bel sekolah berbunyi. Tanda usai jam belajar di sekolah. Siswa maupun siswi satu persatu ke luar ruang kelas menuju pintu gerbang sekolah. Pun dengan Arad an Devi. Keduanya juga keluar.
Masih lirik-lirikan antara keduanya. Ara dengan teman-temannya. Devi dengan teman-temannya.
Teman-teman keduanya juga saling melirik. Ikut-ikutan. Solidaritas yang biasa dilakukan oleh anak-anak (perempuan) sekolah pada saat itu. Untung tidak dilanjutkan pertengkaran itu di luar sekolah.
***
Yusuf dipanggil guru BP ke ruangannya. Yusuf sudah tahu pasti akan dipanggil oleh guru BP, Ningsih. Itu, kata dia, pasti soal keributan beberapa hari lalu di sekolah, antara Arad an Devi.