Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka makin kuat. Orang di dalam gedung dengan 10 lantai itu bahkan sudah ada yang beberapa tahu "hubungan" mereka. Seli "masak bodo". Purwa sebaliknya. Ia risih, karena seperti menjadi artis. Lebih dari itu, merasa bersalah karena telah menjadi "pahlawannya".
Seli mengetahui perasaan Purwa. Tapi Seli tidak peduli. Merasa tidak ada yang salah, karena menurutnya apa yang ia rasa adalah cinta. Tidak dibuat-buat.
Purwa tidak menyalahkannya. Sulit memang membuktikan cinta itu salah atau tidaknya. Sebab Purwa pun demikian. Tapi, tidak benar juga menurut Purwa mencintai wanita yang nyatanya ada "orang lain" selain dirinya.
Purwa tahu itu enam bulan belakangan ini. Â Seli menutupnya dari Purwa, Dahlah, Ihsan, Irwan, dan orang lain di dalam kantor.
"Cukuplah hanya aku yang kau jadikan 'pengisi waktu kosongmu', Seli," pinta Purwa.
Tidak lama, Seli resign dari kantor. Diikuti Irwan. Kemudian Dahlah dan Ihsan.
Tak ada lagi komunikasi antara Purwa dengan Seli hingga bertahun-tahun lamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H