Sebelum keluar rumah juga, pamannya itu berpesan bahwa kalau mau keluar---untuk menghikangkan rasa suntuk, mengarahkan agar jangan ke sana dan ke sini.
Semi mulai tidak nyaman.
Ingin rasanya ia menelepon ayahnya. Tapi ia urungkan.
Namun, hati Semi makin bertambah tidak nyaman. Terpaksa ia menelepon ayahnya.
Sambil menangis Semi berkata, "Semi enggak betah, ayah. Semi mau pulang aja. Enggak mau ke sini-sini lagi," isak Semi menelepon ayahnya.
Semi merasa tersiksa. Merasa banyak benar aturan. Banyak pula hal-hal lain seperti pada akhirnya Semi tahu, bahwa pamannya mudah sekali marah. Emosi tingkat tinggi.
Ia sangat tidak nyaman sekali. Merasa menyesal ke rumah pamannya.
Apa yang ia pikirkan akan asyik untuk seusianya, nyatanya tidak. Malah sebaliknya.
Padahal, awalnya ia tidak pernah sekalipun berpikir akan seperti itu.
Semi mulai agak tahu sifat pamannya. Ia tak habis pikir, pamannya seperti itu. Berbeda jauh sekali dengan sifat ayahnya. Ia rindu kepada sang ayah.
Semi memutuskan pulang. Bicara ke pamannya. Pamannya terkejut bukan main.