Mohon tunggu...
Robigustas
Robigustas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis riang

Suka pizza. *Setiap nama yang ada di cerpen, bukanlah nama sebenarnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sehari di "Perantauan"

22 Juni 2023   10:47 Diperbarui: 22 Juni 2023   10:55 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semi dan pamannya bergegas kembali ke dalam bus. Pun dengan penumpang lain. Bus mulai bergerak, berjalan kembali.

Paman Semi tiba-tiba berbicara dengan nada tegas sebelum bus keluar dari kapal Ferry, "Nanti, saat kamu sudah sampai di rumah saya, tolong patuhi setiap aturan yang saya buat, ya?! Jangan membantah atau melanggar," pesannya, yang direspons Semi dengan anggukan kepala.

Paman itu tinggal sendiri. Tidak ada anak maupun isteri di rumahnya. Anak-anaknya telah dewasa semua. Merantau. Semuanya merantau ke pulau Jawa. Isterinya, entah di mana.

Setelah melewati waktu panjang dengan banyak waktu perhentian, akhirnya keduanya sampai di Kota Jambi.

Dari Kota Jambi, keduanya harus naik kendaraan lagi untuk ke rumah pamannya itu. Lantas keduanya naik travel. Butuh 4 jam perjalanan sampai di tujuan. Semi merasakan sangat lelah.

Setelah melewati perjalanan yang begitu panjang, akhirnya Semi sampai di rumah pamannya itu pada pada pagi hari.

Suasananya cukup nyaman. Daerah itu dekat dengan Negara tetangga, Malaysia. Kalau malam hari, rasanya kita bisa melihat dari rumah pamannya itu. Rumah pamannya dekat dengan laut.

Pamannya langsung beraktivitas. Mulai ke luar rumah. Semi, mau tidak mau, karena tertekan akibat pesan pamannya, ia akhirnya ikut beraktivitas. Tidak tidur lagi, walau hanya sebentar, karena dalam perjalanan jauh dan baru pertama kali---tentunya ia sangat kelelahan. Apa saja dilakukan, seperti menyapu, mengepel, dan merendam baju untuk dicuci. Tapi tidak dengan bajunya. Dibiarkan begitu saja. Di dalam tas ransel sedangnya.

Sebelum pamannya keluar rumah untuk beraktivitas, Semi dititipkan uang untuk makan. Pamannya mengarahkan Semi untuk membeli makanan di sini dan di situ. Jangan di sana dan jangan di sini.

Uang yang diberikan pamannya, kalau di Jakarta, sangat tidak cukup. Hanya cukup satu kali makan.

"Iya, paman," Semi menjawabnya dengan lemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun