Selama menunggu Ning Salwa bersiap-siap, Ibu menceritakan acara yang diinginkan Abah dan Ibu untuk Ning Salwa dan Kang jamal. Abah sama Ibu tak ingin lama-lama menunda acara ini. Hal baik harus disegerakan, kata beliau. Sebelum Ramadhan mereka sudah harus khitbahan dan akad akan dilaksanakan bulan Syawal.
Dan hari ini aku menemani Salwa untuk memilih baju terbaik untuk acara khitbahannya yang akan dilaksanakan tiga hari sebelum puasa, yang artinya sehari setelah acara Haflah Pesantren. Aku seperti tak diberi ruang untuk bergerak. Sesak sekali rasanya.
Di butik, berkali-kali aku memendam sakit saat aku melihat Ning Salwa memamerkan baju pilihannya dan meminta pendapatku. Keadaan seperti sedang dengan sengaja menyakitiku.
"Mbak kita harus bicara!" Kang jamal menutup langkahku saat Ning Salwa sedang asik mengobrol dengan pemilik butik.
"Tidak ada yang perlu dibicarain Kang."
"Ayok kita keluar sebentar. Sebentar aja Mbak!" suaranya yang meninggi membuatku takut terdengar oleh Ning Salwa. Aku menuju keluar dari butik dengan was-was.
"Mbak, aku harus ngomong ke Abah. Kita harus ngomong, Mbak!"
"Jangan Kang, tolong!" Aku tak kuat melihat Kang jamal sedekat ini. Air mataku menguak tak tertahan.
"Jangan nangis, Mbak! Aku nggak kuat ngeliat sampeyan nangis." Aku sudah tak bisa lagi melihat matanya yang semakin terlihat membara.
"Saya mau matur Abah, asal sampeyan mau menerima saya nantinya"
"Saya nggak akan nerima sampeyan. Ayok masuk nanti dicariin Ning Salwa"