Mohon tunggu...
Robiatul Hidayah
Robiatul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Random Public Article

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Habis Gelap, Terbitlah Terang

24 Desember 2023   02:05 Diperbarui: 24 Desember 2023   05:01 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MOONLIGHT - Edvard Munch 1912

Pitan tiba dan langsung duduk. Ia meraih ponselnya dan ikut membeku setelah membaca apa yang ada di notifikasinya. Aku sudah tahu apa yang terjadi. Ia pasti ingin meledak juga sekarang. Bukan karena sedih, melainkan karena takut, marah, cemas, khawatir. Seorang mahasiswa sepertinya tidak akan sanggup menikah secara tiba-tiba dan memiliki anak.

"Kalian tenang saja, itu anakku." kata Daniel dengan santai sambil lanjut memainkan instrumen musiknya. Belum selesai aku terngungu dengan Pitan, Daniel justru membuatku tambah terkejut dan kecewa. Pitan tidak kalah kagetnya. Apa lagi maksudnya ini? Kemudian Daniel tersenyum dan meletakkan gitarnya. 

"Aku sudah memberikanmu adikku yang cantik dan cerdas ini untuk kau jaga baik-baik, bukan hanya fisiknya, tapi juga hatinya. Kau selama ini tidak tahu kan apa yang dia rasakan melihatmu selalu berselingkuh dengan Intan? Sekarang Intan sedang mengandung anakku. Aku sudah menghitung perkiraan kehamilannya dari jauh-jauh hari sejak hujan malam itu, aku yakin selama dua tahun ini kau juga sering melakukannya dengan Intan, tapi dia tidak pernah hamil kan?" 

"Kau juga tidak siap menjadi ayah dan juga tidak ingin kehilangan Intan. Sedangkan aku? aku siap menanggung semuanya karena memang ini sudah waktunya bagiku. Tapi bagaimana rasanya mengetahui kekasihmu mengandung anak dari laki-laki lain dan akan menikah?"

Pitan geram.

"Kau pergi tinggalkan kota ini jika tidak ingin video mesummu kusebar. Aku juga tidak akan membiarkanmu mendekati adikku lagi. Kau juga tahu benar jaringanku seperti apa. Jika aku melihatmu ada di daftar penumpang bandara atau kereta masuk Semarang, akan kupastikan kau bertemu denganku atau kawanku dalam waktu kurang dari 24 jam." kata Daniel. Matanya tajam seperti sudah diasah dalam waktu yang lama. Aku tidak masalah dengan cara Daniel menikah dan memiliki anak. Aku tahu ini menyalahi hukum agama. Tapi hingga saat ini, yang kulihat darinya hanyalah ingin melindungiku. Dia bahkan rela menikahi perempuan yang dia sendiri tahu sudah melakukan apa saja dengan selingkuhannya. Video? Bahkan Daniel juga melihat video mereka. Ini bukan cinta, tapi pengorbanan.

***

Hari demi hari berlalu sejak kejadian itu. Benar saja, walaupun Pitan juga melakukannya, tidak ada niat sedikitpun darinya untuk meminta penjelasan kepada Intan karena dia terlalu takut. Takut jika fakta yang terjadi adalah sebaliknya. Daniel pun tengah menyiapkan pesta pernikahan dengan Intan. Mau bagaimanapun, Daniel sangat baik. Dia memperlakukan Intan seperti pasangan pada umumnya. Sedangkan aku, aku dijodohkan dengan teman Daniel yang juga berasal dari militer, Drian. Drian juga merupakan teman masa kecilku dan aku tahu betul sifatnya. Daripada berpikir dia selingkuh, lebih baik aku berpikir bagaimana agar dia tidak terlalu serius dalam menanggapi apapun. Keseriusannya dalam bekerja membawanya pada cinta yang tak biasa. Dia tidak pernah menye-menye seperti Pitan. Dia sangat menjagaku seperti halnya berlian. Daniel benar, 60 persen manusia baik itu nyata. Aku saja yang terlalu menutup mata dan hati selama ini karena terlalu cinta dengan Pitan. 

Omong-omong soal Pitan. Ia sudah pergi menjauhi Semarang. Aku tidak tahu ia pergi kemana. Tapi ia sempat berpamitan padaku dan meminta maaf. Aku harap ia bahagia dengan pasangannya yang lain atau memberi waktu kepada dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dengan tidak berhubungan sementara dengan wanita manapun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun