"Payung kuning."
Sekarang wajahku terasa panas.
"Payung kuning."
Panas sekali hingga aku tidak dapat menoleh.
"Payung kuning."
Wangi melatinya semakin menyengat. Wanginya cukup menghibur jantungku, tapi-
"Payung kuning!"
Aku terkesiap. Sintia tiba-tiba teriak. Sebenarnya sejak tercium wangi melati aku sadar ada yang tidak beres, namun aku berusaha menghibur diri dengan berkata dimana ada pohon pasti ada bunga.Â
"Payung kuning!!"
Suaranya semakin keras, persetan dengan payung kuning, wangi melati, dan ... Sintia? Apa benar ini Sintia? Atau hanya perwujudannya ... atau ia kerasuka-
"PAYUNG KUNING!!!" Aku menutup telingaku dan melempar payung tersebut. Aku berlari. Berlari sekencang-kencangnya. Aku tidak mau menoleh ke arah Sintia. Tapi jika itu Sintia, apa tidak apa-apa jika aku tinggalkan begitu saja dalam kondisi seperti itu?