Mohon tunggu...
Robi Ariyanto
Robi Ariyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - JURNALIS

Mahasiswa Universitas Islam Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Mudik" dan "Pulkam", Apakah Kedua Istilah Tersebut Berbeda?

23 April 2020   17:14 Diperbarui: 23 April 2020   17:19 1498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan istilah mudik seringkali digunakan ketika menjelang lebaran. Dalam hal ini penggunaan istilah tersebut hanya pada konteks tertentu saja. Dimana sifatnya simultan (secara bersamaan/ serentak). 

Artinya  waktu pelaksaan nya secara bersaamaan/ serentak yang terjadi di waktu yang tertentu (Menjelang Lebaran) dan dengan kuantitas orang yang tidak sedikit. 

Analoginya begini peristiwa mudik ialah dimana jumlah manusianya lebih banyak untuk menuju kekampung halaman masing-masing akan tetapi waktu pelaksanaan nya di waktu tertentu. 

Misalnya di indnesia sendiri istilah mudik sering kali digunakan ketika menjelang lebaran. Makanya tak heran ketika sudah waktunya mudik banyak Televisi Nasional yang menayangkan kemacetan didaerah-daerah.

Itulah pembahasan singkat yang bisa saya kemukakan masih jauh dari kata lengkap dan detail. Akan tetapi bagi saya kedua istilah tersebut sah-sah saja digunakan siapa pun dan pada waktu apapun. 

Baik pada waktu menjelang lebaran menggunakan istilah pulang kampung. Maupun menggunakan istilah mudik pada bepergiaan setiap hari nya kekampung halaman.

Sebab yang terpenting dan utama ditengah kondisi pandemic saat adalah persatuan. Jangan sampai kita menjadi terpecah belah akibat hal yang sepele yakni perkara penggunaan istilah tersebut. Dimana saya melihat sendiri komentar-komentar yang saling berlawanan dengan menggunakan kata yang tak pantas. 

Sebab  ada yang menggap itu adalah hal biasa ada juga yang menyiyir akan hal itu. Dalam hal ini bukan berarti saya mau membatasi untuk saling berbeda pendapat. 

Karena saya sendiri paham akan hal itu dmana perbedaan pendapat tersebut adalah sesuatu hal yang lumrah namun dengan menggunakan kata-kata yang pantas (Sopan).Selebih nya melalui tulisan bukan serta merta  tendensinya berpihak kesatu orang, akan tetapi saya mencoba mengeluarkan apa yang bisa saya ketahui.

Sekian !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun