Mohon tunggu...
Robi Muhammad Affandi
Robi Muhammad Affandi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta dan Penulis Media Online

Hidup adalah tentang bagaimana engkau bercerita, dan bagaimana engkau diceritakan. Karena dengan cerita itulah manusia akan dikenal dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Prince Gubee 14 (Secercah Harapan Dalam Penyesalan)

30 Agustus 2024   20:14 Diperbarui: 30 Agustus 2024   21:00 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laba-laba tua menyentuh bahu Gubee, wajahnya kembali datar, rasa prihatin mulai tumbuh di hatinya ketika melihat air mata yang mengembun di sudut mata lebah kecil yang penuh penyesalan itu.  

"Tidak semua ketiadakadilan yang terlihat itu sebuah kecurangan Gubee," ucap Laba-laba tua mencoba menenangkan.

"Aku bodoh! Aku benar-benar bodoh! Maafkan aku Ratu," rintih Gubee di sela-sela kesedihannya.

"Sudahlah. Tidak ada yang perlu disesali lagi. Kau tak sepenuhnya bersalah! Ini hanya ketidaksengajaan yang tidak kau ketahui. Kau tidak pernah berniat membunuh Ratumukan?

"Aku tidak pernah memikirkan hal buruk apapun pada Ratuku! Aku hanya..." Isak tangis tak lagi tertahankan. Rasa bersalah dan penyesalan teramat sangat mengacaukan perasaan Gubee. Bongkahan air mata mulai meleleh di pipinya.

"Aku hanya ingin terus hidup! Tetapi bukan harus menukarnya dengan nyawa Ratu! Kenapa Ratu bisa mati Pak tua? Bukankah bunga Edelweis memberikan keabadian?" sambung Gubee.

"Keabadian yang di berikan bunga Edelweis hanya akan membuat hidup menjadi lebih lama, bukan membuat hidup kebal dari kematian. Tidak ada satupun serangga di hutan ini yang tidak bisa mati, meskipun dia meminum nektar bunga keabadian sepanjang hari," jelas Laba-laba tua.

"Ambillah pelajaran dari kejadian ini Gubee. Tidak ada koloni yang tidak akan adil pada anggota koloninya sendiri. Lebah pekerja tidak memberimu nektar bunga keabadian, karena memang kau tidak membutuhkan nektar itu. Meskipun umurmu sebagai pangeran lebah pendek, tapi kau lebih berjasa daripada lebah lainnya. Kau harus bangga dengan takdirmu sebagai lebah pejantan yang siap mengorbankan nyawa demi kelangsungan koloninya," imbuh Laba-laba tua.      

"Sekarang sudah tidak ada yang bisa ku banggakan lagi Pak tua. Aku telah merubah takdirku sendiri. Aku telah menghancurkan koloniku demi mengubah takdirku. Aku sangat egois!" gerutu Gubee kembali mengutuk dirinya sendiri.

Gubee bangkit, berjalan menuju ke dalam lubang papan.

"Akan kemana kau Gubee?" Laba-laba tua menghadang langkahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun