Mohon tunggu...
Robi Muhammad Affandi
Robi Muhammad Affandi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta dan Penulis Media Online

Hidup adalah tentang bagaimana engkau bercerita, dan bagaimana engkau diceritakan. Karena dengan cerita itulah manusia akan dikenal dalam sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Prince Gubee 13 (Di Balik Kematian Sang Ratu)

29 Agustus 2024   19:19 Diperbarui: 29 Agustus 2024   22:30 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                 "Aku juga lebah jantan! Aku juga pangeran lebah!" sentaknya kemudian memandangi tubuhnya sendiri.

                 "Keajaiban bunga itu benar-benar nyata! Aku masih hidup berkat nektar bunga itu." Imbuhnya.

                 "Tapi, kenapa Ratu bisa mati? Bukankah dia juga telah diberi nektar bunga itu?" Kenyataan itu terasa aneh di pikiran Gubee.                      

                 Definisi keabadian yang dibayangkannya seakan tak sesuai dengan apa yang terjadi di hadapannya hari itu.

                 "Mungkin Laba-laba tua bisa menjelaskan semua ini!" Gubee teringat sesuatu. Ia teringat seekor Laba-laba tua yang tinggal di sebuah rumah di tengah hutan gunung Alpen.

                  Ia kemudian meninggalkan sarangnya, terbang kembali mengarungi hutan. Ingatannya terus tertuju pada Laba-laba tua yang pernah di temuinya tujuh hari yang lalu. Ia yakin, Laba-laba yang banyak tahu tentang kehidupan di sekitar hutan gunung Alpen itu, mungkin bisa menjawab keanehan yang sedang terjadi di koloninya.

                  Di dalam hutan yang rimbun dan penuh dengan pepohonan tinggi, Gubee tak henti-hentinya melayang di udara. Berpacu dengan alam yang mulai menampakkan wujud senjanya, Gubee terus mempercepat getaran sayapnya, menyonsong desiran angin yang menyapu dedaunan.

                  Bayangan rumah tua yang terletak di tengah hutan lebat, mulai terlihat. Cahaya kuning langit senja telah nampak mewarnai semak belukar dan tanaman liar yang tumbuh subur di sekeliling rumah itu. Gubee berhasil sampai ke rumah itu sebelum matahari benar-benar tenggelam.

                  "Pak tua! Apakah kau masih di dalam sana?" ujar Gubee sesampainya di tepi sebuah lubang papan rumah itu.

                  "Siapa itu?" suara sedikit agak kasar terdengar dari dalam lubang itu.

                  "Aku Gubee! Lebah yang kau lepaskan dulu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun